Jumat, 10 Februari 2012

KONSEP TEORI KEKURANGAN ENERGI KRONIS

1.Pengertian Kekurangan Energi Kronis
KEK adalah keadaan dimana ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung lama (beberapa bulan/menahun) / kronis yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu (Depkes, 1999).
KEK adalah penyebabnya dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).

2.Faktor Penyebab Kekurangan Energi Kronis
a.Penyakit
Wanita berpenyakit kronis memerlukan bukan hanya zat gizi untuk mengatasi penyakitnya, tetapi juga untuk kehamilan yang sedang dijalani (Arisman, 2007). Hal-hal yang dapat menyebabkan malnutrisi seringkali merupakan komplikasi dari penyakit malaria, cacingan, dan penyakit infeksi misalnya, TBC, parasit usus, sepsis kulit, HIV /AIDS. Status gizi kurang akan meningkatkan kepekaan ibu terhadap resiko terjadinya infeksi, dan sebaliknya infeksi dapat meningkatkan resiko kurang gizi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
b.Usia
Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan diberikan (Arisman, 2007).
Hal penting yang berkaitan dengan status gizi seorang ibu adalah kehamilan pada usia muda (< 20 tahun ). Lebih muda umur seorang wanita yang hamil, lebih banyak energi yang diperlukan, serta pada usia terlalu tua (> 35 tahun ) (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
c.Berat Badan Selama Hamil
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata untuk umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg. Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ).
d.Kebiasaan Makan
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga banyak mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat penyerapan besi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori / hari Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik dan sebaliknya (Arisman, 2007).
e.Paritas
Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun / kehamilan yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum masa kehamilan (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
f.Psikologis
Konsumsi makanan, Hidayat (1979) menyebutkan bahwa pada dasarnya intake makanan dipengaruhi oleh hal internal yaitu berasal dari dalam jiwa manusia itu sendiri dapat berupa emosi / kejiwaan yang memiliki sifat kebiasaan (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
g.Pekerjaan Fisik
Disebut juga aktifitas eksternal adalah sesuatu yang menggunakan tenaga / energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, setiap kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Setiap aktifitas memerlukan energi, makin banyak aktifitas yang dilakukan makin banyak energi yang diperlukan tubuh (Erna.dkk, 2004).
h.Pendidikan dan pengetahuan
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi didasari atas tiga kenyataan yaitu
1).Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
2).Setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal pemeliharaan dan energi.
3).Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
i.Keadaan sosial dan ekonomi
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pandapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya, serta kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi tingkat daya beli manusia terhadap bahan pangannya. Status ekonomi dan sosial sangat mempengaruhi seorang wanita dalam memilih makanannya, ketersediaan bahan pangan yang ada dialam sekitarnya. Status ekonomi keluarga adalah kedudukan seseorang atau keluarga secara ekonomis ditinjau dari pendapatan yang diperoleh setiap anggota keluarga setiap bulan (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Status ekonomi terlebih jika yang bersangkutan hidup dibawah garis kemiskinan (keluarga prasejahtera) berguna untuk pemastian apakah ibu berkemampuan membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi (Arisman, 2007).
j.Status Ekonomi Keluarga (Penghasilan Keluarga)
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk makan, sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Perpaduan tingkat pendapatan perkapita yang rendah dan distribusi yang sangat tidak merata akan menghasilkan kemiskinan absolut yang parah. Semakin tinggi pendapatan maka semakin rendah jumlah kemiskinan absolut. Namun tingginya tingkat pendapatan perkapita tidak menjamin rendahnya tingkat kemiskinan absolut (Lia, 2007).
Upah Minimum Provinsi (UMP) Jawa Tengah, berdasarkan surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 561.4 / 51 / 2007, Tanggal 19 November 2007 yaitu Rp. 672.000,-.

3.Pengaruh Kekurangan Energi Kronis
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, sebagai berikut:
a.Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan kematian ibu (Zulhaida, 2003).
b.Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan prematur / sebelum waktunya, perdarahan post partum, serta persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat (Zulhaida, 2003).
c.Terhadap Janin
Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan rendah (BBLR) (Zulhaida, 2003).

4.Pencegahan dan Penanganan Kekurangan Energi Kronis
Pencegahan dan penanganan KEK melalui berbagai langkah antara lain:
a.Peningkatan variasi dan jumlah makanan oleh karena itu kandungan zat gizi pada setiap jenis makanan berbeda-beda, dan tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung zat gizi secara lengkap, maka untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar zat gizi diperlukan konsumsi makanan yang beragam. Selain itu karena kebutuhan energi dan zat gizi lainnya pada ibu hamil meningkat maka jumlah konsumsi makanan mereka harus ditambah.
b.Mengurangi beban kerja pada wanita terutama ibu sedang hamil, berbagai penelitian menunjukkan bahwa beban kerja yang berat pada wanita hamil akan memberikan dampak kurang baik terhadap out come kehamilan (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).

5.Cara Mengukur Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil
Cara mengukur KEK pada ibu hamil dapat dilakukan dengan mengukur lingkar lengan atas pada lengan yang tidak banyak melakukan aktifitas. Normalnya pada ibu hamil pengukuran lila sebesar 23,5 cm.
Lingkar lengan atas memang merupakan ukuran antropometri untuk menentukan status gizi secara langsung yang mencerminkan cadangan energi dan status kekurangan energi kronis untuk mendeteksi resiko terjadinya keadaan bayi dengan BBLR. Pengukuran LILA merupakan cara yang sederhana dan mudah dikerjakan oleh siapa saja misalnya petugas kesehatan dilapangan, kader kesehatan maupun masyarakat, meskipun cara tersebut tidak bisa dipakai untuk memantau status gizi dalam waktu yang panjang, tetapi cara ini dapat digunakan dalam deteksi dini dan menapis resiko BBLR. Selain itu lila merupakan cara penilaian status gizi ibu hamil yang lebih baik karena pada wanita hamil dengan malnutrisi kadang-kadang menunjukkan udem tetapi hal ini jarang mengenai lengan atas. Dikatakan KEK apabila hasil pengukuran lila < 23, 5 cm (FKUNHAS, 2006).

Tidak ada komentar: