Sabtu, 04 Februari 2012

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI

Orang tua adalah orang yang pertama mengajarkan anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Orang tualah yang mengarahkan kehidupan anak dengan kebiasaan yang dilakukan sehari-hari di rumah yang merupakan teladan bagi anak. Disadari atau tidak oleh orang tua, gerak gerik dan tingkah laku mereka sehari-hari yang setiap waktu bahkan setiap saat dilihat, dirasakan dan di dengar oleh anak adalah proses belajar bagi mereka (Effendy, 1998).
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja di antaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak di antara berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird dan Gerrard 1986 dalam BKKBN, 2008).

Menurut Samadi (2004), pada usia remaja, banyak hal yang bisa menimbulkan penyimpangan seks, seperti pemenuhan sendiri (masturbasi atau onani), rasa suka terhadap sesama jenis dan hubungan dengan lawan jenis serta pendidikan yang salah terhadap anak. Perlu diperhatikan bahwa banyak masalah yang terjadi pada remaja putri berakar dari hubungan kedua orang tuanya. Sejak dimulainya masa balig, kedua orang tua harus lebih teliti dan terus mengawasi setiap perilaku remaja sehingga kemungkinan-kemungkinan terjadinya guncangan dan penyimpangan akan semakin kecil. Sebagian besar remaja mengambil jarak dengan kedua orang tua mereka, tidak menaati perintah orang tua bahkan bersikukuh terhadap hal-hal salah yang mereka lakukan. Masalah ini disebabkan mereka menganggap orang tua mereka otoriter, kaku, kolot, tidak logis dan banyak bertentangan dengan cara hidup modern.
Di sebagian keluarga yang tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya, ayah dan ibu bersama anak-anak kecil dan remaja duduk bersama menyaksikan film-film yang mempertontonkan adegan orang bercinta dan hubungan yang khusus antara laki-laki dan perempuan. Tayangan seperti ini akan merangsang dan menyebabkan penyimpangan pada anak-anak dan remaja, serta menimbulkan perhatian yang berlebihan para remaja terhadap masalah seks.

Tidak ada komentar: