1.Pengertian
Suntikan kombinasi merupakan kontrasepsi suntikan yang berisi hormon sintetis estrogen dan progresteron (Handayani, 2010).
Suntikan progestin merupakan kontrasepsi suntikan yang berisi hormon progesteron (Handayani, 2010).
DMPA yaitu 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesteron yang kuat dan sangat efektif (Wiknjosastro, 2005).
DMPA merupakan suspensi cair yang mengandung kristal-kristal mikro depot medroksi progesteron asetat (DMPA) dan merupakan turunan progesteron (Coad dan Dunstall, 2006).
2.Jenis-jenis Suntikan (Saifuddin, 2006)
a.Kontrasepsi Suntikan Kombinasi (Estrogen dan Progesteron)
1)Depo Medroksiprogesteron Asetat 25 mg dan Estradiol Sipionat 5 mg yang diberikan secara injeksi intramuscular (IM) sebulan sekali.
2)Noretindron Enantat 50 mg dan Estradiol Valerat 5 mg yang diberikan secara intramuscular (IM) sebulan sekali.
b.Kontrasepsi Suntikan Progestin
1)Depo Medroksiprogesteron (Depoprovera) mengandung 150 mg DMPA diberikan 3 bulan sekali dengan cara disuntik intramuscular (IM).
2)Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat) mengandung 200 mg Noretindron Enantat diberikan setiap 2 bulan dengan cara suntikan intramuscular (IM).
3.Farmakologi
Menurut Hartanto (2003) farmakologi dari Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) adalah:
a.Depo Medroksi Progesterone Asetat (DMPA) tersedia dalam larutan mikrokristaline atau cair.
b.Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan selanjutnya menurun kembali.
c.Ovulasi mungkin sudah timbul setelah 73 hari penyuntikan tetapi umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih.
d.Pada pemakaian jangka lama tidak terjadi efek akumulatif dari DMPA dalam darah.
4.Mekanisme kerja DMPA
a.Primer
Mekanisme kerja primer dari kontrasepsi suntikan DMPA adalah mencegah ovulasi. Kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) dan LH (Lituenezing Hormon) menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respon kelenjar hipofisise terhadap gonadotropin releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus daripada kelenjar hipofise (Hartanto, 2003)
Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium menjadi semakin sedikitnya, sehingga didapatkan atau hanya didapatkan sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah penyuntikan DMPA yang terakhir (Hartanto, 2003).
b.Sekunder
Menurut Hartanto (2003) mekanisme kerja sekunder kontrasepsi suntik DMPA adalah sebagai berikut :
1)Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap terhadap spermatozoa.
2)Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum yang sudah dibuahi.
3)Mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii.
5.Indikasi dan Kontra indikasi KB Suntik DMPA
a.Indikasi KB Suntik DMPA
1)Usia reproduksi.
2)Nulipara dan telah yang memiliki anak.
3)Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi.
4)Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5)Setelah abortus atau keguguran.
6)Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
7)Perokok.
8)Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan gangguan pembekuan darah atau anemia bula sabit.
9)Menggunakan obat epilepsi.
10)Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
11)Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
12)Anemia defisiensi besi.
13)Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Saiffudin, 2006).
b.Kontra Indikasi KB Suntik DMPA
1)Hamil atau di duga hamil.
2)Perdarahan akibat kelainan ginekologi atau (perdarahan dari liang senggama) yang tidak diketahui penyebabnya.
3)Adanya tanda-tanda tumor/keganasan.
4)Adanya riwayat penyakit jantung, hati, tekanan darah tinggi, kencing manis (penyakit metabolisme), paru berat (Suratun, 2008).
6.Keuntungan dan Kerugian KB Suntik DMPA
a.Keuntungan KB Suntik
1)Sangat efektif.
2)Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3)Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
4)Tidak mengadung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
5)Tidak memilki pengaruh terhadap ASI.
6)Sedikit efek samping.
7)Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8)Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.
9)Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
10)Menurunkan kejadian penyakit radang panggul.
11)Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
12)Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Saifuddin, 2006).
b.Kerugian KB Suntik DMPA
1)Sering ditemukan gangguan haid, seperti siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting) dan tidak haid sama sekali.
2)Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan.
3)Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.
4)Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5)Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
6)Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
7)Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
8)Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
9)Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas).
10)Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas dan jerawat (Saifuddin, 2006).
7.Waktu Mulai Menggunakan KB Suntik DMPA
a.Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tidak hamil.
b.Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
c.Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak atau sedang hamil.
d.Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak atau sedang hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
e.Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
f.Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang.
g.Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal yakin ibu tidak hamil.
h.Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal ibu tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual (Saifuddin, 2006).
8.Efek Samping KB Suntik DMPA
a.Gangguan haid
Gejala dan keluhan dalam gangguan pola haid menurut Suratun (2008) yaitu:
1)Amenorrea adalah tidak datangnya haid selama akseptor mengikuti suntikan KB selama tiga bulan bertutut-turut atau lebih. Gangguan pola haid amenorrea disebabkan karena terjadinya atrofi endometrium yaitu kadar estrogen turun dan progesteron meningkat sehingga tidak menimbulkan efek yang berlekuk-lekuk di endometrium (Wiknjosastro, 2005).
2)Spotting adalah bercak-bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik. Gangguan pola haid spotting disebabkan karena menurunnya hormon estrogen dan kelainan atau terjadinya gangguan hormon (Hartanto, 2003).
3)Metroraghia adalah perdarahan yang berlebihan di luar siklus haid. Gangguan pola haid metroraghia disebabkan oleh kadar hormon estrogen dan progesteron yang tidak sesuai dengan kondisi dinding uterus (endometrium) untuk mengatur volume darah menstruasi dan dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau kelainan fungsional (Depkes, 1999).
4)Menorraghia adalah datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya tetapi masih dalam siklus haid. Gangguan pola haid menorragia disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron sehingga menimbulkan endometrium menghasilkan volume yang lebih banyak (Depkes, 1999).
b.Berat badan yang meningkat
Berat badan bertambah atau turun beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah pemakaian suntikan KB (Suratun, 2008). Peningkatan berat badan yaitu berat badan bertambah dengan kenaikan rata-rata untuk setiap tahun antara 2,3-2,9 Kg. Berat badan berkurang dengan penurunan rata-rata setiap tahun antara 1,6-1,9 Kg (Depkes, 1999).
c.Sakit kepala
Gejala dan keluhan dalam sakit kepala yaitu rasa berputar atau sakit di kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi atau kedua sisi atau seluruh bagian kepala. Sakit kepala ini biasanya bersifat sementara. Pusing dan sakit kepala disebabkan karena reaksi tubuh terhadap progestreon sehingga hormon estrogen fluktuatif (mengalami penekanan) dan progesteron dapat mengikat air sehingga sel – sel di dalam tubuh mengalami perubahan sehingga terjadi penekanan pada syaraf otak (Depkes, 1999).
d.Pada sistem kardio-vaskuler efeknya sangat sedikit, ada sedikit peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol. Kolesterol tidak larut air atau darah. Kolesterol diangkut ke berbagai jaringan dalam tubuh dengan bantuan senyawa yang tersusun atas lemak dan protein yakni “lipoprotein”. Kolesterol LDL (low density lipoprotein) cenderung tersimpan dalam arteri. Kondisi ini berakibat buruk karena jika kadar kolesterol LDL > 130 mg/dl sedangkan HDL mengalami penurunan yaitu < 40 mg/dl maka ini merupakan risiko akan terjadi peningkatan tekanan darah (Hartanto, 2003). Menurut Varney (2001) efek samping dari kadungan hormon progesteron yang berlebihan pada sistem kardiovaskuler dapat menyebabkan perubahan tekanan darah. Resiko terjadinya tekanan darah tinggi akan meningkat dengan bertambahnya umur, lama pemakaian kontrasepsi, dan bertambahnya berat badan (Indrasti, 2005). Perubahan berat badan ini disebabkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak banyak yang bertumpuk di bawah kulit dan bukan merupakan karena retensi (penimbunan) cairan tubuh, selain itu juga DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang dapat menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Hartanto, 2003), sehingga orang yang kelebihan lemak (hiperlipidemia), berpotensi mengalami penyumbatan darah sehingga suplai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh terganggu. Penyempitan dan sumbatan oleh lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya, tekanan darah meningkat, maka terjadilah tekanan darah tinggi (Dewi dan Famila, 2010). Menurut Subekti (2004) pemakaian kontrasepsi DMPA merupakan salah satu faktor pendukung munculnya tekanan darah tinggi apabila kontrasepsi ini digunakan dalam jangka waktu panjang.
9.Cara Penyuntikkan (Saifuddin, 2006)
a.Persiapan Klien
1)Periksa daerah suntik apakah bersih atau kotor.
2)Bila pantat yang akan disuntik terlihat kotor, calon klien diminta membersihkannya dengan sabun dan air.
3)Biarkan daerah tersebut kering.
b.Persiapan Petugas Kesehatan
1)Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir. Keringkan dengan handuk atau dianginkan.
2)Buka dan buang tutup vial yang menutupi karet. Hapus karet yang ada dibagian atas vial dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 60-90%. Biarkan kering (pada DMPA).
3)Bila menggunakan jarum dan spuit suntik sekali pakai, segera buka plastiknya. Bila menggunakan jarum dan spuit suntik yang telah disterilkan dengan DTT, pakai korentang yang telah di DTT untuk mengambilnya.
4)Pasang jarum pada spuit suntik dengan memasukkan jarum pada mulut spuit penghubung.
5)Kocok terlebih dahulu lalu balikkan vial dengan mulut vial ke bawah. Masukkan jarum kedalam vial kemudian hisap cairan dalam vial sampai habis. Setelah itu lepas jarum dan buang udara yang ada didalam spuit setelah itu ganti jarum dengan jarum yang baru. Lalu lakukan penyuntikkan.
c.Persiapan Daerah Suntikan
1)Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh alkohol 60-90%.
2)Biarkan kulit tersebut kering sebelum dapat disuntik.
d.Peralatan
1)Obat yang akan disuntikkan (DMPA).
2)Spuit suntik dan jarumnya (sekali pakai).
3)Alkohol 60-90% dan kapas.
e.Teknik Penyuntikkan
1)Kocok botol dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara (pada DMPA) kemudian keluarkan isinya.
2)Suntikkan secara intramuskular dalam di daerah pantat (daerah gluteal). Apabila suntikkan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
3)DMPA (3 ml/150 mg atau 1 ml/150 mg) diberikan setiap 3 bulan (12 minggu).
f.Tindakan Setelah Penyuntikkan
1)Untuk jarum dan semprit sekali pakai:
a)Jangan melakukan massage daerah suntik. Jelaskan pada klien bahwa obat akan terlalu cepat diserap.
b)Jangan masukkan kembali spuit dan jangan membengkokkan atau mematahkannya. Buang spuit jarum dalam kotak/tempat tahan robekan/tusukan/tembus.
c)Letakkan kotak tersebut pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah dibuka tanpa menggunakan benda tajam.
d)Kubur/bakar bila kotak tersebut telah 2/3 penuh.
Sabtu, 04 Februari 2012
KONTRASEPSI SUNTIK
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
kenapa tidak ada daftar pustakanya?
Posting Komentar