Sabtu, 04 Februari 2012

PROGRAM KELUARGA BERENCANA

Masalah kependudukan dewasa ini semakin mendapat perhatian dari pemerintah dan segenap lapisan masyarakat, mengingat masalah ini merupakan salah satu bidang yang sangat menentukan berhasil tidaknya pembangunan nasional. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya penduduk mempunyai fungsi ganda yang sangat strategis, yaitu sebagai obyek dan sekaligus sebagai subyek pembangunan.
Sebagai obyek, penduduk dengan segala permasalahannya menjadi sasaran yang dibangun, dibina dan dikembangkan. Sedangkan sebagai subyek, penduduk dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan sumber daya dalam pelaksanaan pembangunan.

Membangun SDM yang berkualitas artinya disamping memiliki kemampuan teknis, pengetahuan dan kemampuan bersaing yang cukup, memang tidaklah sederhana. Banyak pihak yang harus terlibat sehingga upaya pembangunan keluarga sejahtera dalam rangka membangun SDM yang berkualitas harus dilakukan secara terpadu dan terencana. keterpaduan dengan perencanaan yang matang ini penting, mengingat hanya dengan keterlibatan berbagai sektor terkait (seperti BKKBN, Depsos, Deptan, Depkes dan lain-lain) maka penanganan program akan dapat lebih diintensifkan. Jika penanganannya telah dapat diintensifkan dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing keluarga, maka hasilnya akan signifikan dalam melahirkan SDM yang berkualitas (IPKB, 2010).
Pemerintah kemudian menganggap penting pembangunan keluarga dalam upaya mencetak SDM yang berkualitas. Bukti atas sikap pemerintah ini adalah dengan dikeluarkannya Undang-Undang No 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kendudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Undang-Undang tersebut selanjutnya menjadi acuan semua pihak dalam pengelolaan kependudukan dan penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, sehingga memiliki manfaat yang optimal dalam pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan manusia seutuhnya.
Kewenangan program KB diserahkan ke Pemerintah Daerah, komitmen politis dan operasional dari berbagai pihak menurun. Hal ini membawa implikasi yang tidak menyenangkan, salah satunya KB perlahan menipis popularitasnya sehingga mengakibatkan meningkatnya angka kelahiran. Oleh karena itu, akhir-akhir ini program KB kembali digalakan. Revitalisasi kemudian dicanangkan, karena indikasi akan adanya baby booming tahap kedua bukan dramatisasi. Salah satu bagian dalam pencanangan itu adalah dengan adanya perubahan slogan tentang KB. Kalau dulu "Dua Anak Cukup", kini diganti "Dua Anak Lebih Baik" (Iski, 2008).

Tidak ada komentar: