Senin, 27 Februari 2012

TERAPI MUSIK UNTUK KECERDASAN

Terapi musik merupakan suatu proses belajar sosial yang harus telah dimulai sejak dari bayi. Seorang Ibu menimang dan mengayunkan bayinya sambil menyanyikan lagu. Setelah anak besar, anak mendengar musik, melihat gerakan yang disesuaikan dengan irama dan mulai meniru sehingga anak akan menyukai musik.

Bila pasien psikiatrik menari atau dengan tiba-tiba menggerakkan bagian tubuhnya secara berirama tidak disangsikan lagi ia mempunyai halusinasi dan benar-benar ia mendengar adanya suara musik. Oleh sebab iitu halusinasi tersebut tidak hanya harus dapat lebih disadari, tapi juga disalurkan ke cara yang lebih dapat diterima oleh masyarakat yang nyata. Dengan terapi musik hal tersebut dapat diatasi.

Dalam terapi musik perawat dan tim lainnya dalam rumah sakit jiwa sebagai pengajak atau pendorong (encouragement) dan pemberi semangat pada pasien untuk ikut dalam kegiatan musik tanpa dipaksa.

Perawat dalam memilih terapi musik haruslah memperhatikan latar belakang kehidupan pasien seperti : taraf pendidikan, sosial ekonomi, usia dan lingkungan tempat pasien dibesarkan. Misalnya pasien yang telah berusia 65 tahun, berpendidikan dan mempunyai latar belakang sosial yang cukup tinggi, tidak akan berminat dan tergerak hatinya untuk ikut menikmati irama yang keras, karena tidak sesuai dengan kebudayaan dasar yang dimilikinya, kecuali bila ia hanya ingin belajar atau sekedar untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya sekarang. Bagi pasien jiwa yang dipenuhi oleh konflik emosi yang tidak mampu dikemukakan secara verbal dalam keadaan kesadaran penuh, maka kata-kata dan gerakan yang diekspresikan dalam tarian dan musik menjadi alat iinterpretasinya. Hal tersebut merupakan hasil penyaluran dari dorongan yang intensif dalam jiwanya dan akan membantu menurunkan ketegangan psikologiknya.

Selama aktivitas itu berjalan perawat harus berperan serta bersama pasien, karena akan membantu keberanian pasien untuk berpartisipasi secara aktif pula. Perawat membantu dan mendorong pasien yang malu dan ragu-ragu agar ikut dalam aktivitas terapi musik. Pada kegiatan terapi musik perawat tetap mengadakan pengamatan terhadap keadaan psien seperti gerakan yang ditampilkan, mimik muka, sikap serta tingkah laku dan semua hasil pengamatan dicatat kemudian dibicarakan atau disampaikan pada dokter yang merawat.

Tidak ada komentar: