Senin, 10 September 2012

KELUARGA

1.      Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting didalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah kumpulan yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak Definisi Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu yang di dalamnya mempunyai peran masing-masing. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari (Friedman, 1998).
berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang mutni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa (Ahmadi, 2002)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan Depkes RI (1998) dalam Effendi (1998). Menurut suyeketi (1994) dalam suprajitno (2004) bahwa keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki maupun seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri maupun adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
2.      Tipe Bentuk Keluarga
Menurut Sri Setyowati dan Arita murwani (2008) tipe atau bentuk keluarga terdiri dari:
a.       Tradisional
1)      The Nuclaer family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
2)      The dyad family (Keluarga tanpa anak)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
3)      Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
4)      The childless family (keluarga yang tidak mempunyai keturunan)
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier atau pendidikan yang terjadi pada wanita.


5)      The extended family (keluarga besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti keluarga inti disertai: paman,tante, orangtua (kakek-nenek), keponakan.
6)      The single parent family (keluarga orangtua tunggal)
Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya malalui proses perceraian, kematian dan tinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
7)      Commuter family (keluarga yang bekerja ditempat berbeda)
Kedua orangtua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orangtua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir.
8)      Multigenerational family (keluarga sedarah)
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9)      Kin-network family (keluarga sedarah)
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televise, telepon,dll)
10)  Blended family (keluarga campuran)
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

11)  The single adult living alone/single adult family (keluarga orang dewasa tunggal)
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)
b.      Non- tradisional
1)      The unmarried teenage mother (orangtua tunggal)
Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2)      The stepparent family (orangtua tiri)
Keluarga dengan orangtua tiri.
3)      Commune family (kumpulan keluarga)
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
4)      The nonmarital heterosexsual cohabiting family (keluarga tanpa pernikahan/kumpul kebu)
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
5)      Gay and lesbian families (keluarga dengan hubungan sejenis)
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana “marital pathners

6)      Cohabitating couple (pasangan yang hidup bersama)
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu
7)      Group-marriange family (kumpulan dari beberapa keluarga yang menikah)
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan lainnya, berbagi seseuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak
8)      Group network family (kumpulan keluarga sedarah)
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
9)      Foster family (keluarga dengan anak angkat)
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
10)  Homeless family (keluarga tunawisma)
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

11)  Gang (gerombolan)
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
3.      Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah:
a.       Fungsi afektif (the affective function)
Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
b.      Fungsi sosial dan penempatan sosial (socialization and social placement function) 
Keluarga sebagai pendidik untuk menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan mekanisme koping, memberikan umpan balik, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah pada keturunannya supaya dapat bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat.
c.       Fungsi reproduksi (reproductive function)
Fungsi untuk mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga.


d.      Fungsi ekonomi (the economic function)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e.       Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function)
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
4.      Fungsi sosial keluarga
Sosial keluarga merupakan syarat fungsional silang budaya bagi keberlangsungan masyarakat Leslie dan Korman (1989) dalam (Friedman, 1998). Keluarga memiliki tanggung jawab utama untuk menstransformasikan seorang bayi dalam beberapa tahun menjadi seoarang individu sosial yang mampu berpartisipasi dalam masyarakat. Selanjutnya partisipasi tidak boleh di kaitkan dengan bayi dan pola-pola pengasuhan anak, tapi merupakan suatu proses seumur hidup termasuk proses internalisasi norma-norma dan nilai-nilai yang sesuai setelah tumbuh menjadi seorang remaja, seorang pengantin, seorang ayah/ibu, seorang karyawan, seorang kakek/nenek, dan menjadi seorang pensiunan Esleman (1974) dalam (Friedman, 1998).
Suatu bagian integral dari sosial dalam keluarga meliputi jumlah kontrol yang tidak dapat dihitung dan nilai-nilai, memberikan suatu perasaan tentang apa yang benar dan apa salah kepada seorang anak yang sedang bertumbuh. Kohlberg (1970) dalam Friedman (1998) menggambarkan proses perkembangan moral tersebut memiliki dasar yang kokoh dalam keluarga.
Perkembangan moral dipandang sebagai suatu proses yang mirip dengan fase perkembangan emosional dan kognitif. mengidentifikasikan figur orangtua dan dikuatkan secara negatif dan positif untuk setiap tindak tanduk mereka, anak mengembangkan suatu sistem nilai pribadi yang sangat dipengaruhi oleh sistem keluarga.
Fungsi sosial keluarga mengandung pengertian pertukaran dan kesinambungan, serta adaptasi antara keluarga dan anggotanya, dengan lingkunganya, dan dengan tetangganya (Masngudin, 2006). Friedman (1998) menyatakan fungsi sosial adalah keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan mekanisme koping, memberikan umpan balik, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah. Kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga yang ideal salah satunya jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam sosial terhadap anggota keluarganya. Namun, jika fungsi sosial keluarga itu tidak berjalan dengan baik akan mengakibatkan terjadinya disorganisasi keluarga yaitu adanya pemecahan dalam keluarga.
Hal ini dapat mengakibatkan perubahan pola perilaku anak, biasanya sering mengarah ke dalam hal-hal yang negatif seperti kenakalan remaja (Masngudin, 2006).
Sosial memiliki fungsi untuk mengembangkan komitmen-komitmen dan kapasitas-kapasitas yang menjadi prasyarat utama bagi penampilan peranan mereka di masa depan. Komitmen yang perlu dikembangkan ialah mengenalkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat untuk menampilkan suatu peranan tertentu yang khusus dan spesifik dalam struktur masyarakat. Sementara kapasitas yang perlu ddikembangkan dalam kemampuan atau keterampilan untuk menunjukkan kewajiban-kewajiban yang melekat dalam peran-peran yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan dan kemampuan untuk hidup dengan orang lain yang memiliki harapan-harapan untuk saling menyesuaikan perilaku antara pribadi sesuai dengan peran-peran yang dimiliki (Qauliyah, 2007).
Sosial merupakan suatu proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain karena adanya interaksi. Untuk perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi siapa agen sosialnya. Agen sosial yang terpenting adalah orang-orang yang saling berhubungan dan dapat mempengaruhi bagaimana orang tersebut berperilaku, termasuk disini adalah orangtua, saudara kandung atau kelompok bermain selain itu nenek/kakek, paman/bibi dan orang dewasa lain dalam masyarakat sebagai jaringan hubungan yang lebih luas. Setiap agen sosial tersebut akan menentukan perbedaan dalam proses sosial anak.
Oleh karena itu untuk menghasilkan individu-individu yang berkualitas baik, keluarga amat berperan dalam mensosialisasi nilai-nilai kebaikan dan norma yang berlaku atau yang diharapkan masyarakat kepada anak mereka yang dimulai dari masalah kecil yang terjadi dalam keluarga sesuai dengan tahap perkembangan usia anak (Qauliyah, 2007).
Sosialisasi keluarga merupakan faktor penentu yang mempunyai tugas-tugas atau peran sebagai miniatur yang mensosialisasikan nilai-nilai.
Tugas keluarga tersebut antara lain sebagai lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak untuk disiplin, mau bekerja sama dengan orang lain, bersikap toleran, menghargai pendapat orang lain, mau bertanggungjawab dan bersikap matang dalam kehidupan yang heterogen.
Untuk perwujudan peran tersebut keluarga dapat melakukan melalui pengenalan nilai dan norma pada anak, pemberian contoh yang baik, pemberian kebebasan berinteraksi dengan teman sebaya serta keluarga diharapkan mengetahui siapa saja teman sebaya anak (Friedman,1998).
Proses sosial yang dilakukan individu dilakukan melalui tiga cara (Soerjono, 1992 dalam syamsu 2005)
a.       Palaziman (conditioning)
Suatu perlakuan terhadap individu tertentu dengan mekanisme pemberian hukuman (imitation/identification)

b.      Imitasi/identifikasi (imitation/identification)
 Suatu proses belajar dengan melihat suatu model atau tokoh yang dapat ditolakan secara sadar.
c.       Internalisasi (internalization/learning to cope)
Suatu cara bagaimana individu menguasai dan menyadari hal-hal yang bermakna bagi dirinya tanpa suatu paksaan atau ancaman dari luar honigman (1967) dalam friedman (1998) mengungkapkan pemikiran bahwa sosialisasi mencakup semua proses dalam sebuah komunitas tertentu atau kelompok dimana manusia, berdasarkan sifat kelenturannya, melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama hidup, mereka memperoleh karakteristik yang terpola secara sosial. Sosial meliputi belajar, yang mementingkan penggunaan mekanisme kontrol sosial seperti disiplin.
Penggunaan disiplin sebagai alat untuk mensosialisasikan anak-anak termasuk sanksi-sanksi positif maupun negatif. Dalam hal ini keluarga merupakan faktor penentu yang mempunyai tugas-tugas atau peran-peran sebagai miniatur masyarakat yang mensosialisasikan nilai-nilai.
5.      Makna fungsi sosial keluarga.
Syamsu, (2005) menyatak an bahwa fungsi sosial keluarga sebagai lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak untuk menaati peraturan (disiplin), mau bekerja sama dengan orang lain, bersikap toleran, menghargai pendapat orang lain, mau bertanggung jawab dan bersikap matang dalam kehidupan yang heterogen. Untuk pewujudan peran tersebut keluarga dapat melakukan fungsi sosialnya melalui:
a.       Pengenalan nilai dan norma pada anak
b.      Pemberian teladan yang baik
c.       Pemberian kebebasan berinteraksi dengan masyarakat
d.      Pemberian kebebasan berinteraksi dengan teman sebaya, dan
e.       Keluarga diharapkan mengetahui siapa saja teman sebaya si anak.
Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan keluarga dalam sosial adalah dengan mengevaluasi hasil-hasil dari proses membesarkan anak yaitu mengevaluasi seberapa berhasil atau baiknya anak menyesuaikan diri atau berubah. Tidak ada standar-standar pembanding yang digunakan untuk mengukur perkembangan seorang anak, demikian pula perkembangan keluarga, tapi terdapat juga standar-standar yang berhubungan dengan usia yaitu, kita mengharapkan keterampilan yang dibutuhkan untuk sosial akan dipelajari pada usia tertentu. Friedman, 1998.
Fungsi sosial keluarga menurut Ssetiadi, (2007) adalah merupakan tempat dimana keluarga:
a.       Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosial anak pertama dan utama.
b.      Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari memecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpai baik lingkungan sekolah maupun masyarakat.
c.       Membina proses pendidikan dan sosial anak tentang hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental), yang tidak, kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.
d.      Membina proses pendidikan sosial yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
Leslie dan Korman, (1989) menyatakan bahwa fungsi sosial keluarga merupakan syarat fungsional silang budaya bagi keberlangsungan masyarakat. Fungsi ini menyatakan banyak pengalaman belajar yang ada dalam keluarga dengan tujuan untuk mengajar anak-anak agar bagaimana berfungsi dan menerima peran-peran sosial dewasa seperti suami-ayah dan istri-ibu.
 Beberapa hal yang penting dalam hubungan sosial anak di dalam keluarga menurut soefandi (2007) antara lain:
a.       Bentuk hubungan yang ada antara anggota keluarga
b.      Besarnya perhatian dari keluarga terdekat
c.       Perlakuan yang diterima anak dalam keluarga
d.      Harapan dari orangtua
e.       Cara anak dibesarkan
6.      Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi sosial keluarga
Melemahnya fungsi sosial keluarga menurut Drs.H.Abu Ahmadi (2007) adalah akibat dari beberapa sebab diantaranya misalnya karena perekonomian, pengaruh uang produksi, atau pengaruh individualisme, sehingga sistem keluarga ini makin kabur hal ini disebabkan karena urbanisasi, emansipasi sosial wanita dan adanya pembatasan kelahiran yang disengaja. Akibat faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi sosial keluarga tersebut menyebabkan hilangnya peranan dan fungsi sosial keluarga yaitu:
a.       Keluarga berubah fungsinya dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri fungsi ini untuk keluarganya tetapi lama-kelamaan fungsi ini makin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu.
b.      Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah kecuali anak yang masih kecil yang masih hidup dalam lingkungan keluarga.
c.       Tugas bercengkrama didalam keluarga makin mundur karena perkumpulan-perkumpulan moderen sehingga untuk berada ditengah-tengah keluarga makin lama makin kecil.
Ekonomi keluarga juga mempunyai pengaruh terhadap berfungsinya fungsi keluarga karena keluarga dengan ekonomi rendah orangtua akan berusaha dengan keras agar kebutuhan keluarga terpenuhi, sehingga karena terlalu sibuk mencari nafkah perhatian akan keluarganya khususnya anaknya akan berkurang. Sedangkan keluarga dengan perekonomian yang cukup orangtua dapat mencurahkan perhatian yang lebih mandalam sebab tidak disulitkan dengan kebutuhan-kebutuhan primer seperti mencari nafkah sehari-hari. (Ahmadi, 2007).
Friedman, (1998) menyatakan bahwa fungsi sosial dipengaruhi oleh banyak faktor ekstrinsik seperti lingkungan, budaya, dan kelas sosial oleh sebab itu dalam sosial keluarga memiliki peran dan fungsi yang telah berkurang. Keluarga tidak pernah memiliki kontrol total dan menyeluruh terhadap sosial anak meskipun kenyataan bahwa orang masih berusaha mengontrol, mengontrol dan benar-benar mengontrol mereka mewariskan pengetahuan kebudayaan kepada generasi berikutnya.   

Tidak ada komentar: