1.
Definisi
remaja
Remaja atau adolesens
adalah periode perkembangan selama individu mengalami perubahan dari masa
kanak-kanak menuju dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Sedangkan
menurut Hurlock (1991) dalam Ali dan Asrori (2009), remaja adalah individu yang
dianggap telah dewasa dan apabila telah mencapai usia 18 tahun. Dimana pada
usia ini remaja berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak
lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak dan integrasi dalam
masyarakat.
Masa remaja
merupakan suatu masa yang meliputi proses perkembangan dimana terjadi
perubahan-perubahan dalam hal motivasi seksual, organisasi daripada ego, dalam
hubungan dengan orangtua, orang lain dan cita-cita yang dikejarnya. Masa remaja
dibagi menjadi remaja awal dan remaja akhir. Adapun pembagiannya yaitu masa
remaja awal dari umur 13 tahun sampai dengan 17 tahun sampai dengan 21 tahun.
(Ghozally, 2007).
Remaja juga
merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan. Pada segi kematangan
biologis, seksual sedang berangsur-angsur memperlihatkan karakteristik seks
sekunder sampai mencapai kematangan seks. Dari segi perkembangan kejiwaan,
jiwaanya sedang berkembang dari sifat anak-anak menjadi dewasa. Sedangkan dari
segi sosial ekonomi ia adalah individu yang beralih dari ketergantungan,
menjadi relatif bebas (WHO, 1974 dalam BKKBN, 2008).
2.
Ciri-ciri
remaja
Menurut Al-Mighwar (2006), setiap periode penting selama
rentang kehidupan memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakanya dengan periode
sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut juga dimiliki oleh remaja, sebagai
paparan berikut:
a.
Ciri-ciri
remaja awal
Gejala-gejala yang
disebut gejala fase negatif bisa terjadi
pada perubahan akhir periode pubertas atau perubahan awal masa remaja awal.
Oleh karena itu, periode pubertas sering disebut sebagai fase negatif. Menurut
Hurlock (1968) dalam Al-Mighwar (2006) menguraikan tentang gejala-gejala fase
negatif yaitu: keinginan untuk menyendiri, kurangnya kemauan untuk bekerja,
kurangnya koordinasi fungsi-fungsi tubuh, kejemuan, kegelisahan, konflik
sosial, penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa, mulai timbul minat pada
lawan jenis, kepekaan lawan susila dan kesukaan berhayal.
Menurut Gozally
(2007), mengatakan masa remaja diawali dengan keinginan si remaja untuk
mendekati dan menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. Inilah dorongan yang
diakibatkan oleh mulai matangnya organ seks. Hanya saja terkadang kondisi ini
menyebabkan si remaja berlaku kurang baik. Mereka menjadi manusia yang tidak
takut menghadapi bahaya (berkaitan dengan masalah seks).
Dampaknya adalah si remaja sering kali dicap sebagai
orang yang tidak sopan. Menjadi permasalahan baru antara si anak dengan orang
tua.
Selain ciri dan
gejala fase negatif yang dimiliki bersama (pubertas dan remaja awal) itu,
menurut Al-Mighwar (2006), masa remaja awal juga memiliki ciri khas yang tidak
dimiliki oleh masa-masa yang lain.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1)
Tidak
stabilnya emosi
Perasaan masa ini
sangatlah peka, yaitu perasaan dan emosinya laksana hembusan badai dan topan
dalam kehidupan.
Karena itu, tidak heran sikap dan sifat remaja yang
sangat antusias bekerja tiba-tiba menjadi lesu, dari sangat gembira menjadi
sangat sedih, dari merasa percaya diri menjadi sangat ragu, termasuk dalam
menentukan cita-cita.
2)
Lebih
menonjolkan sikap dan moral
Matangnya
organ-organ seks mendorong remaja untuk mendekati lawan jenisnya, sehingga
terkadang berperilaku berlebihan yang dinilai tidak sopan oleh masyarakat.
Lebih dari itu, muncul keberanianya untuk menonjolkan sex appeal dan melakukan
hal-hal yang hampir membahayakan, sehingga masalah dengan orangtua atau orang
dewasa lainya sering kali terjadi.
3)
Mulai
sempurnanya kemampuan mental
Pada remaja awal,
kemampuan mental dan berpikirnya mulai sempurna. Gejala ini terjadi pada usia
antara 12-16 tahun.
Dimana menjelaskan
lebih jauh bahwa pada usia 12 tahun, kemampuan anak untuk mengerti informasi
abstrak, baru sempurna. Dan pada usia 14 tahun, mulailah sempurna untuk
mengambil kesimpulan dan informasi abstrak, sehingga remaja awal suka menolak
hal-hal yang tidak masuk akal. Bila dipaksa untuk menerima pendapat tanpa
alasan rasional, mereka sering menentangnya, baik terhadap orangtua, guru atau
orang dewasa lainnya.
4)
Membingungkannya
status
Hal yang tidak
hanya ditentukan, tetapi membingungkan, adalah status remaja awal, sehingga
orang dewasa sering memperlakukannya secara berganti-ganti, karena masih ragu
memberi tanggung jawab dengan alasan mereka masih kanak-kanak, dia sering mendapat
teguran sebagai orang yang sudah besar, sehingga remaja awal pun semakin
bertambah bingung.
5)
Banyaknya
masalah yang dihadapi
Banyak faktor yang
menjadi masalah bagi remaja. Selain adanya ciri-ciri remaja tersebut diatas,
sifat emosional remaja awal juga menjadikannya menghadapi banyak masalah.
Karena emosionalitasnya lebih mendominasi kemampuan, dia kurang mampu untuk
menyepakati pendapat orang lain yang kontradiktif dengan pendapatnya, sehingga
sering kali muncul masalah baru yaitu konflik sosial. Penyebab lain adalah
semakin mininimnya peran orangtua dan orang dewasa lain dalam pemecahan
masalahnya, meskipun hal itu terjadi karena ulahnya sendiri, yaitu menolak
bantuan itu. Hal ini terjadi karena mereka menganggap bahwa orang dewasa
terlalu tua untuk mengerti dan memahami perasaan, emosi, sikap, kemampuan
berfikir dan status, sedangkan dirinya lebih mampu untuk melakukan semua itu.
6)
Masa
yang kritis
Kebimbangan remaja
dalam melakukan dan memecahkan atau menghindari suatu masalah menjadi kritisnya
masa ini. Bila remaja tidak mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya, dia
akan menjadi orang dewasa yang bergantung pada orang lain.
Sebaliknya,apabila dia mampu menghadapi dan menyelesaikan
masalahnya, hal itu akan menjadi bekal untuk menghadapi berbagai masalah
selanjutnya hingga dewasa.
b.
Ciri-ciri
remaja akhir
Selain itu
Al-Mighwar (2006), juga mengemukakan beberapa ciri tentang remaja akhir.
Pola-pola sikap, perasaan, pikir dan tingkah laku, remaja akhir memiliki
ciri-ciri khas yang membedakannya dengan remaja awal yaitu:
1)
Mulai
stabil
Dalam
aspek-aspek fisik dan psikis, laki-laki muda dan wanita muda menunjukan
peningkatan kestabilan emosi. Kesempurnaan pertumbuhan bentuk jasmani
membedakannya dengan perubahan awal masa remaja awal. Pada masa ini terjadi
keseimbangan tubuh dan anggotanya. Begitu pula kestabilan dalam minat-minatnya;
menentukan sekolah, jabatan ,pakaian, pergaulan dalam sesama ataupun lain
jenis. Kestabilannya juga terjadi dalam sikap dan pandangan.
Sedikitnya,
ada dua faktor yang berpengaruh dalam proses kestabilan remaja akhir yaitu
sikap mendidik orang tua dan jarak tempat tinggal antara remaja dengan
orangtuanya. Proses kestabilan remaja awal lebih cepat dicapai dalam keluarga
yang orangtuanya bersikap demokratis dibanding remaja yang tinggal di keluarga
yang orangtuanya terlalu melindungi. Demikian pula remaja yang tinggal jauh
(merantau) dari orangtuanya biasanya lebih cepat stabil dibanding remaja yang
tinggal bersama orangtuanya, (Al-Mighwar, 2006).
2)
Lebih
realistis
Pada remaja akhir terjadi perubahan dari
pandangan yang bersifat negatif menjadi lebih baik. Pada masa ini mulai menilai
dirinya apa adanya, menghargai apa yang dimilikinya, keluarganya, orang-orang
lain seperti keadaan yang sebenarnya.
Pandangan realistis ini sangat positif karena akan
menimbulkan perasaan puas, menjauhkan dirinya dari rasa kecewa, dan menghantarkannya
pada puncak kebahagiaan, (Al-Mighwar, 2006).
3)
Lebih
matang dalam menghadapi masalah
Masalah
yang dihadapi remaja akhir relatif sama dengan masalah yang dihadapi remaja
awal. Cara menghadapi masalah itulah yang membedakannya. Bila masa remaja awal
menghadapinya dengan sikap bingung dan tingkah laku yang efektif, remaja akhir
menghadapinya dengan lebih matang.
Kematangan itu ditunjukkan dengan usaha pemecahan
masalah-masalah yang dihadapi, baik dengan cara sendiri maupun diskusi dengan
teman-teman sebayanya.
4)
Lebih
tenang perasaannya
Secara
umum, pada paruh akhir masa remaja akhir, remaja lebih tenang menghadapi masalah-masalahnya
dibanding paruh awal remaja akhir. Remaja akhir, jarang memperlihatkan
kemarahan, kesedihan dan kecewa sebagaimana terjadi pada masa remaja awal. Hal
ini karena remaja akhir telah memiliki kemampuan berpikir dan kemampuan
menguasai segala perasaanya dalam menghadapi berbagai kekecewaan atau hal-hal
lain yang mengakibatkan kemarahan. Dia juga telah berpandangan realistis dalam
menentukan sikap, minat, cita-cita sehingga adanya berbagai kegagalan disikapi
dengan tenang, (Al-Mighwar, 2006).
3.
Perkembangan
remaja
a.
Karakteristik
umum perkembangan remaja
Masa
remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri.
Ini terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara
masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Oleh karena itu, Ali
dan Asrori (2009) mengemukakan sejumlah sikap yang sering ditunjukan oleh
remaja, yaitu sebagai berikut:
1)
Pertentangan
Remaja pada umumnya
sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara
remaja dan orangtua.
Pertentangan yang
sering terjadi itu menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari
orangtua kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja ada keinginan
untuk memperoleh rasa aman. Remaja sesungguhnya belum begitu berani mengalami
resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan keluarganya yang jelas aman bagi
dirinya. Tambahan pula keinginan melepaskan diri itu belum disertai dengan
kesanggupan untuk berdiri sendiri tanpa bantuan dalam soal keuangan. Akibatnya,
pertentangan yang sering terjadi itu akan menimbulkan kebingungan dalam diri
remaja itu sendiri maupun pada orang lain.
2)
Menghayal
Seringkali remaja
akan memikirkan sesuatu hal yang masih diluar kemampuan mereka. Akibatnya
mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui
dunia fantasi. Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan
jenjang karier, sedangkan remaja putri lebih mengkhayalkan romantika hidup.
Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif. Sebab khayalan ini kadang-kadang
menghasilkan sesuatu yang bersifat konstruktif, misalnya timbul ide-ide
tertentu yang dapat direalisasikan.
3)
Aktivitas
berkelompok
Menurut singgih DS.
(1980) dalam Ali dan Asrori (2009) mengatakan bahwa berbagai macam keinginan
para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena bermacam-macam kendala,
dan yang sering terjadi adalah tidak
tersedianya biaya.
Adanya
bermacam-macam larangan dari orangtua seringkali melemahkan atau bahkan
mematahkan semangat para remaja.
Kebanyakan remaja
menemukan jalan keluar dari kesulitanya setelah mereka berkumpul dengan rekan
sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan secara
berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama.
4)
Keinginan
mencoba segala sesuatu
Pada umumnya,
remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena
didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin mencoba
segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu, didorong oleh
keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa
yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya, tidak jarang secara
sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang
dewasa melakukannya. Seolah-olah dalam hati kecilnya berkata bahwa remaja ingin
membuktikan kalau sebenarnya dirinya mampu berbuat seperti yang dilakukan oleh
orang dewasa. Tidak sedikit pula remaja yang mencoba-coba hal yang dilarang
ataupun perilaku negatif, misalnya mencoba narkoba, minuman-minuman keras,
penyalahgunaan obat, atau perilaku seks pranikah yang berakibat terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan.
b.
Perkembangan
fisik
Menurut Monks &
Haditono (2006), mengatakan perkembangan fisik pada remaja mengarah pada
pencapaian bentuk-bentuk badan orang dewasa. Perkembangan fisik terlihat jelas
dari perubahan tinggi badan, bentuk badan, dan perkembanganya otot-otot tubuh.
c.
Perkembangan
seksual
Pertumbuhan
organ-organ genital yang ada baik didalam maupun diluar badan sangat menentukan
bagi perkembangan tingkah laku seksual selanjutnya. Disamping tanda-tanda
kelamin primer, maka juga
terdapat perkembangan yaitu dengan tanda-tanda kelamin sekunder,
dimana bila dipandang dari sudut psikososial memegang peranan penting sebagai
tanda-tanda seksual, baik bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang lain.
Pada tanda-tanda
kelamin primer menunjukkan pada organ badan yang langsung berhubungan
dengan tubuh dan proses reproduksi. Jadi pada anak perempuan hal tadi adalah
rahim, saluran telur, vagina, bibir kemaluan, dan klitoris, serta pada
laki-laki yaitu penis, testis dan skrotum. Sedangkan pada tanda-tanda kelamin sekunder
merupakan tanda-tanda jasmaniah yang juga merupakan tanda-tanda yang khas baik
dari wanita maupun laki-laki. Pada kelamin sekunder yang paling penting pada
wanita yaitu tumbuhnya payudara yang semakin membesar dan pada laki-laki
timbulnya pergantian suara (Monks & Haditono, 2006).
d.
Perkembangan
heteroseksual
Pada perkembangan
heteroseksual yaitu dapat ditunjukan dengan mulai timbulnya rasa ketertarikan
terhadap lawan jenis. Sehingga pada masa perkembangan ini memungkinkan untuk
terjadi banyak masalah-masalah mengenai perilaku reproduksi (Monks &
Haditono, 2006).
e.
Perkembangan
emosional
Masa remaja
dianggap sebagai masa badai dan tekanan, dimana ketegangan emosi meninggi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi yang belum matang juga
sebagai bagian dari transisi perubahan dari masa kanak-kanak dan memasuki masa
puber.
Perubahan remaja yang demikin ini dapat diakibatkan
karena pengaruh kondisi sosial baru yang remaja hadapi memberi pengaruh besar
sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan
harapan sosial yang baru. Oleh karena itu seringg kali emosi remaja bersifat
meledak-ledak, tidak terkendali dan tampak irasional, tetapi pada umumnya dari
tahun ketahun terjadi perbaikan perilaku emosional (Monks & Haditono,
2006).
f.
Perkembangan
identitas diri
Proses pembentukan
identitas diri telah dimulai sejak kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa
remaja. Secara umum identitas diri adalah perasaan individualitas yang mantap
dimana individu tidak tenggelam dalam peran sosial yang dimainkan tetapi tidak
tetap dihayati sebagai pribadi diri sendiri (Monks & Haditono, 2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar