Senin, 10 September 2012

REMAJA

1.      Definisi remaja
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1991) dalam Ali dan Asrori (2009), remaja adalah individu yang dianggap telah dewasa dan apabila telah mencapai usia 18 tahun. Dimana pada usia ini remaja berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak dan integrasi dalam masyarakat.
Masa remaja merupakan suatu masa yang meliputi proses perkembangan dimana terjadi perubahan-perubahan dalam hal motivasi seksual, organisasi daripada ego, dalam hubungan dengan orangtua, orang lain dan cita-cita yang dikejarnya. Masa remaja dibagi menjadi remaja awal dan remaja akhir. Adapun pembagiannya yaitu masa remaja awal dari umur 13 tahun sampai dengan 17 tahun sampai dengan 21 tahun. (Ghozally, 2007).
Remaja juga merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan. Pada segi kematangan biologis, seksual sedang berangsur-angsur memperlihatkan karakteristik seks sekunder sampai mencapai kematangan seks. Dari segi perkembangan kejiwaan, jiwaanya sedang berkembang dari sifat anak-anak menjadi dewasa. Sedangkan dari segi sosial ekonomi ia adalah individu yang beralih dari ketergantungan, menjadi relatif bebas (WHO, 1974 dalam BKKBN, 2008).
2.      Ciri-ciri remaja
Menurut Al-Mighwar (2006), setiap periode penting selama rentang kehidupan memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakanya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut juga dimiliki oleh remaja, sebagai paparan berikut:
a.       Ciri-ciri remaja awal
Gejala-gejala yang disebut gejala fase negatif  bisa terjadi pada perubahan akhir periode pubertas atau perubahan awal masa remaja awal. Oleh karena itu, periode pubertas sering disebut sebagai fase negatif. Menurut Hurlock (1968) dalam Al-Mighwar (2006) menguraikan tentang gejala-gejala fase negatif yaitu: keinginan untuk menyendiri, kurangnya kemauan untuk bekerja, kurangnya koordinasi fungsi-fungsi tubuh, kejemuan, kegelisahan, konflik sosial, penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa, mulai timbul minat pada lawan jenis, kepekaan lawan susila dan kesukaan berhayal.
Menurut Gozally (2007), mengatakan masa remaja diawali dengan keinginan si remaja untuk mendekati dan menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. Inilah dorongan yang diakibatkan oleh mulai matangnya organ seks. Hanya saja terkadang kondisi ini menyebabkan si remaja berlaku kurang baik. Mereka menjadi manusia yang tidak takut menghadapi bahaya (berkaitan dengan masalah seks).
Dampaknya adalah si remaja sering kali dicap sebagai orang yang tidak sopan. Menjadi permasalahan baru antara si anak dengan orang tua.
Selain ciri dan gejala fase negatif yang dimiliki bersama (pubertas dan remaja awal) itu, menurut Al-Mighwar (2006), masa remaja awal juga memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh masa-masa yang lain.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1)      Tidak stabilnya emosi
Perasaan masa ini sangatlah peka, yaitu perasaan dan emosinya laksana hembusan badai dan topan dalam kehidupan.
Karena itu, tidak heran sikap dan sifat remaja yang sangat antusias bekerja tiba-tiba menjadi lesu, dari sangat gembira menjadi sangat sedih, dari merasa percaya diri menjadi sangat ragu, termasuk dalam menentukan cita-cita.
2)      Lebih menonjolkan sikap dan moral
Matangnya organ-organ seks mendorong remaja untuk mendekati lawan jenisnya, sehingga terkadang berperilaku berlebihan yang dinilai tidak sopan oleh masyarakat. Lebih dari itu, muncul keberanianya untuk menonjolkan sex appeal dan melakukan hal-hal yang hampir membahayakan, sehingga masalah dengan orangtua atau orang dewasa lainya sering kali terjadi.
3)      Mulai sempurnanya kemampuan mental
Pada remaja awal, kemampuan mental dan berpikirnya mulai sempurna. Gejala ini terjadi pada usia antara 12-16 tahun.
Dimana menjelaskan lebih jauh bahwa pada usia 12 tahun, kemampuan anak untuk mengerti informasi abstrak, baru sempurna. Dan pada usia 14 tahun, mulailah sempurna untuk mengambil kesimpulan dan informasi abstrak, sehingga remaja awal suka menolak hal-hal yang tidak masuk akal. Bila dipaksa untuk menerima pendapat tanpa alasan rasional, mereka sering menentangnya, baik terhadap orangtua, guru atau orang dewasa lainnya.
4)      Membingungkannya status
Hal yang tidak hanya ditentukan, tetapi membingungkan, adalah status remaja awal, sehingga orang dewasa sering memperlakukannya secara berganti-ganti, karena masih ragu memberi tanggung jawab dengan alasan mereka masih kanak-kanak, dia sering mendapat teguran sebagai orang yang sudah besar, sehingga remaja awal pun semakin bertambah bingung.
5)      Banyaknya masalah yang dihadapi
Banyak faktor yang menjadi masalah bagi remaja. Selain adanya ciri-ciri remaja tersebut diatas, sifat emosional remaja awal juga menjadikannya menghadapi banyak masalah. Karena emosionalitasnya lebih mendominasi kemampuan, dia kurang mampu untuk menyepakati pendapat orang lain yang kontradiktif dengan pendapatnya, sehingga sering kali muncul masalah baru yaitu konflik sosial. Penyebab lain adalah semakin mininimnya peran orangtua dan orang dewasa lain dalam pemecahan masalahnya, meskipun hal itu terjadi karena ulahnya sendiri, yaitu menolak bantuan itu. Hal ini terjadi karena mereka menganggap bahwa orang dewasa terlalu tua untuk mengerti dan memahami perasaan, emosi, sikap, kemampuan berfikir dan status, sedangkan dirinya lebih mampu untuk melakukan semua itu.
6)      Masa yang kritis
Kebimbangan remaja dalam melakukan dan memecahkan atau menghindari suatu masalah menjadi kritisnya masa ini. Bila remaja tidak mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya, dia akan menjadi orang dewasa yang bergantung pada orang lain.
Sebaliknya,apabila dia mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya, hal itu akan menjadi bekal untuk menghadapi berbagai masalah selanjutnya hingga dewasa.
b.      Ciri-ciri remaja akhir
Selain itu Al-Mighwar (2006), juga mengemukakan beberapa ciri tentang remaja akhir. Pola-pola sikap, perasaan, pikir dan tingkah laku, remaja akhir memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dengan remaja awal yaitu:
1)      Mulai stabil
           Dalam aspek-aspek fisik dan psikis, laki-laki muda dan wanita muda menunjukan peningkatan kestabilan emosi. Kesempurnaan pertumbuhan bentuk jasmani membedakannya dengan perubahan awal masa remaja awal. Pada masa ini terjadi keseimbangan tubuh dan anggotanya. Begitu pula kestabilan dalam minat-minatnya; menentukan sekolah, jabatan ,pakaian, pergaulan dalam sesama ataupun lain jenis. Kestabilannya juga terjadi dalam sikap dan pandangan.
        Sedikitnya, ada dua faktor yang berpengaruh dalam proses kestabilan remaja akhir yaitu sikap mendidik orang tua dan jarak tempat tinggal antara remaja dengan orangtuanya. Proses kestabilan remaja awal lebih cepat dicapai dalam keluarga yang orangtuanya bersikap demokratis dibanding remaja yang tinggal di keluarga yang orangtuanya terlalu melindungi. Demikian pula remaja yang tinggal jauh (merantau) dari orangtuanya biasanya lebih cepat stabil dibanding remaja yang tinggal bersama orangtuanya, (Al-Mighwar, 2006).
2)      Lebih realistis
          Pada remaja akhir terjadi perubahan dari pandangan yang bersifat negatif menjadi lebih baik. Pada masa ini mulai menilai dirinya apa adanya, menghargai apa yang dimilikinya, keluarganya, orang-orang lain seperti keadaan yang sebenarnya.
Pandangan realistis ini sangat positif karena akan menimbulkan perasaan puas, menjauhkan dirinya dari rasa kecewa, dan menghantarkannya pada puncak kebahagiaan, (Al-Mighwar, 2006).
3)      Lebih matang dalam menghadapi masalah
           Masalah yang dihadapi remaja akhir relatif sama dengan masalah yang dihadapi remaja awal. Cara menghadapi masalah itulah yang membedakannya. Bila masa remaja awal menghadapinya dengan sikap bingung dan tingkah laku yang efektif, remaja akhir menghadapinya dengan lebih matang.
Kematangan itu ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah-masalah yang dihadapi, baik dengan cara sendiri maupun diskusi dengan teman-teman sebayanya.
4)      Lebih tenang perasaannya
           Secara umum, pada paruh akhir masa remaja akhir, remaja lebih tenang menghadapi masalah-masalahnya dibanding paruh awal remaja akhir. Remaja akhir, jarang memperlihatkan kemarahan, kesedihan dan kecewa sebagaimana terjadi pada masa remaja awal. Hal ini karena remaja akhir telah memiliki kemampuan berpikir dan kemampuan menguasai segala perasaanya dalam menghadapi berbagai kekecewaan atau hal-hal lain yang mengakibatkan kemarahan. Dia juga telah berpandangan realistis dalam menentukan sikap, minat, cita-cita sehingga adanya berbagai kegagalan disikapi dengan tenang, (Al-Mighwar, 2006).
3.      Perkembangan remaja
a.       Karakteristik umum perkembangan remaja
         Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri.
Ini terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Oleh karena itu, Ali dan Asrori (2009) mengemukakan sejumlah sikap yang sering ditunjukan oleh remaja, yaitu sebagai berikut:
1)      Pertentangan
Remaja pada umumnya sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara remaja dan orangtua.
Pertentangan yang sering terjadi itu menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orangtua kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh rasa aman. Remaja sesungguhnya belum begitu berani mengalami resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan keluarganya yang jelas aman bagi dirinya. Tambahan pula keinginan melepaskan diri itu belum disertai dengan kesanggupan untuk berdiri sendiri tanpa bantuan dalam soal keuangan. Akibatnya, pertentangan yang sering terjadi itu akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain.
2)      Menghayal
Seringkali remaja akan memikirkan sesuatu hal yang masih diluar kemampuan mereka. Akibatnya mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karier, sedangkan remaja putri lebih mengkhayalkan romantika hidup. Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif. Sebab khayalan ini kadang-kadang menghasilkan sesuatu yang bersifat konstruktif, misalnya timbul ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.
3)      Aktivitas berkelompok
Menurut singgih DS. (1980) dalam Ali dan Asrori (2009) mengatakan bahwa berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena bermacam-macam kendala, dan  yang sering terjadi adalah tidak tersedianya biaya.
Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua seringkali melemahkan atau bahkan mematahkan semangat para remaja.
Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitanya setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama.
4)      Keinginan mencoba segala sesuatu
Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu, didorong oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa melakukannya. Seolah-olah dalam hati kecilnya berkata bahwa remaja ingin membuktikan kalau sebenarnya dirinya mampu berbuat seperti yang dilakukan oleh orang dewasa. Tidak sedikit pula remaja yang mencoba-coba hal yang dilarang ataupun perilaku negatif, misalnya mencoba narkoba, minuman-minuman keras, penyalahgunaan obat, atau perilaku seks pranikah yang berakibat terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
b.      Perkembangan fisik
Menurut Monks & Haditono (2006), mengatakan perkembangan fisik pada remaja mengarah pada pencapaian bentuk-bentuk badan orang dewasa. Perkembangan fisik terlihat jelas dari perubahan tinggi badan, bentuk badan, dan perkembanganya otot-otot tubuh.
                                   
c.       Perkembangan seksual
Pertumbuhan organ-organ genital yang ada baik didalam maupun diluar badan sangat menentukan bagi perkembangan tingkah laku seksual selanjutnya. Disamping tanda-tanda kelamin primer, maka juga  terdapat perkembangan yaitu dengan tanda-tanda kelamin sekunder, dimana bila dipandang dari sudut psikososial memegang peranan penting sebagai tanda-tanda seksual, baik bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang lain.
Pada tanda-tanda kelamin primer menunjukkan pada organ badan yang langsung berhubungan dengan tubuh dan proses reproduksi. Jadi pada anak perempuan hal tadi adalah rahim, saluran telur, vagina, bibir kemaluan, dan klitoris, serta pada laki-laki yaitu penis, testis dan skrotum. Sedangkan pada tanda-tanda kelamin sekunder merupakan tanda-tanda jasmaniah yang juga merupakan tanda-tanda yang khas baik dari wanita maupun laki-laki. Pada kelamin sekunder yang paling penting pada wanita yaitu tumbuhnya payudara yang semakin membesar dan pada laki-laki timbulnya pergantian suara (Monks & Haditono, 2006).
d.      Perkembangan heteroseksual
Pada perkembangan heteroseksual yaitu dapat ditunjukan dengan mulai timbulnya rasa ketertarikan terhadap lawan jenis. Sehingga pada masa perkembangan ini memungkinkan untuk terjadi banyak masalah-masalah mengenai perilaku reproduksi (Monks & Haditono, 2006).
e.       Perkembangan emosional
Masa remaja dianggap sebagai masa badai dan tekanan, dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi yang belum matang juga sebagai bagian dari transisi perubahan dari masa kanak-kanak dan memasuki masa puber.
Perubahan remaja yang demikin ini dapat diakibatkan karena pengaruh kondisi sosial baru yang remaja hadapi memberi pengaruh besar sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Oleh karena itu seringg kali emosi remaja bersifat meledak-ledak, tidak terkendali dan tampak irasional, tetapi pada umumnya dari tahun ketahun terjadi perbaikan perilaku emosional (Monks & Haditono, 2006).
f.       Perkembangan identitas diri
Proses pembentukan identitas diri telah dimulai sejak kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja. Secara umum identitas diri adalah perasaan individualitas yang mantap dimana individu tidak tenggelam dalam peran sosial yang dimainkan tetapi tidak tetap dihayati sebagai pribadi diri sendiri (Monks & Haditono, 2006).

Tidak ada komentar: