Rabu, 27 November 2013

AIR SUSU IBU

1.   Pengertian ASI
             ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein dan garam-garam organik yang disekresi kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bayi (Soetjiningsih, 2000).
2.   Manfaat ASI
a.       Manfaat ASI untuk bayi :
1)      Mengandung nutrisi (zat gizi) yang optimal baik kuantitas dan kualitasnya.
2)     ASI meningkatkan kesehatan bayi.
3)     ASI meningkatkan kecerdasan bayi.
4)     ASI meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding).
5)     ASI meningkatkan daya tahan tubuh.
ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur. Zat kekebalan yang terdapat dalam ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit mencret (diare), sakit telinga, dan infeksi saluran pernapasan.
6)     ASI sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
7)     Melindungi anak dari serangan alergi.
8)     Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI Eksklusif potensial lebih pandai.
9)     Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.
10) Membantu pembentukan rahang yang bagus.
11) Mengurangi risiko kencing manis, kanker pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.
12) Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan.
13) Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik.
14)  Air susu ibu tidak mudah tercemar.
15)  Air susu ibu lebih murah atau ekonomis.
16) Air susu ibu mengandung vitamin yang cukup.
17) Air susu ibu dapat mencegah anemia akibat kekurangan zat besi.
18) Air susu ibu mengandung zat protektif  yang berguna menghambat pertumbuhan kuman dan antibody terhadap penyakit salah satunya penyakit saluran pernafasan (ISPA) yaitu Bronchus Associated Immunocompetent Lymphoid Tissue (BALT) (Rasmaliah:2009).
b.      Manfaat pemberian ASI untuk ibu:
1)      Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
2)     Mengurangi terjadinya anemia.
3)     Menjarangkan kehamilan.
4)     Mengecilkan rahim.
5)     Lebih cepat langsing kembali.
6)     Mengurangi kemungkinan menderita kanker.
7)     Lebih ekonomis /murah.
8)     Tidak merepotkan hemat waktu.
9)     Portabel dan praktis.
10) Memberi kepuasan bagi ibu
11)  Mengurangi risiko keropos tulang (osteoporosis).
12)  Mengurangi rheumatoid artritis.
13)  Metode KB paling aman.
14)  Mengurangi risiko diabetes maternal.
15) Mengurangi stres dan gelisah
3.    Komposisi Gizi ASI
a.       Lemak
Kadar lemak ASI dapat berubah-ubah, disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan bayi dari hari ke hari. Perubahan kadar lemak ini terjadi secara otomatis. ASI pada awalnya berkadar rendah lemak seperti skim milk. Beberapa menit kemudian, ASI akan berubah menjadi hindmilk yang berkadar lemak lebih tinggi.
ASI mengandung jumlah lemak sehat yang tepat secara porposional. lemak ASI mudah dicerna dan diserap. ASI mengandung enzim lipase pencerna lemak, sehingga hanya sedikit lemak ASI yang tidak diserap oleh usus bayi. Bentuk lemak ASI yang utama adalah ikatan lemak panjang antara lain asam linoleat (AA) dan asam linolenat (DHA) (Roesli, 2001).
b.      Kolesterol ASI
Kolesterol ASI dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan otak, membantu mielinisasi serabut saraf dan diperkirakan berfungsi dalam pembentukan enzim untuk metabolisme kolesterol. Metabolisme tersebut akan mengendalikan kadar kolesterol dikemudian hari sehingga dapt mencegah serangan jantung dan arteriosclerosis pada usia muda (Roesli, 2001).
c.       Protein
Protein ASI merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan oleh protein ASI merupakan kelompok protein whey (protein yang bentuknya lebih halus, lembut dan mudah dicerna) (Purwanti, 2004).
d.      Karbohidrat
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula). ASI mengandung lebih banyak laktosa dibandingkan susu mamalia lainnya. Laktosa ASI 20-30% lebih banyak dari susu sapi.
Kegunaan laktosa bagi bayi yaitu:
1)      Laktosa diperlukan untuk pertumbuhan otak.
2)      Laktosa meningkatkan penyerapan kasium, yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang.
3)      Laktosa oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.
(Roesli, 2008).
e.       Vitamin dan Mineral
                  ASI mengandung vitamin yang lengkap. ASI juga mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah tapi cukup untuk bayi sampai berumur enam bulan. Hampir semua vitamin dan mineral dalam ASI diserap tubuh bayi (Roesli, 2001).
4.   Penyakit yang dapat dicegah dengan ASI Eksklusif
a.       Meningitis bakterialis (peradangan selaput otak yang disebabkan bakteri).
b.          ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas).
c.           Infeksi saluran urogenitalis (infeksi pada organ reproduksi dan saluran kemih).
d.          Otitis media (peradangan telinga).
e.          Sepsis (infeksi dalam darah).
f.           Botulism (keracunan akibat makanan/minuman yang diawetkan secara tidak benar).
g.         Diare.
h.         Serangan alergi.
i.           Diabetes pada usia muda.
j.      Penyakit pembuluh darah koroner (coronary artery disease) (Sakti, B.2009).
5.    Hasil Riset terhadap kelebihan ASI
a.       Serangan radang paru-paru pada bayi yang menyusu ASI turun 7 kali dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI.
b.      ISPA 5 kali lebih sering menimpa bayi yang tak diberi ASI daripada bayi yang diberi ASI.
c.       Bayi yang tidak diberi ASI terbukti 4 kali lebih sering terkena sepsis dan meningitis dibandingan bayi ASI.
d.      Bayi yang tidak diberi ASI 17 kali lebih sering terkena diare dibandingkan bayi yang menyusui ASI.
e.       Limphoma maligna (salah satu penyakit ganas di organ limfa) juga dialami 6-8 kali pada bayi yang tidak diberi ASI (Sakti, B. 2009).
6.   Mikroorganisme Saluran Cerna
             Di dalam saluran cerna manusia, hidup kurang lebih 400 spesies mikroorganisme yang jumlahnya mencapai 1014 CFU (colony forming unit : satuan untuk jumlah bakteri).  Lambung memiliki jumlah bakteri paling rendah karena tingkat keasamannya yang tinggi, kemudian diikuti oleh usus halus dan usus besar.
             Keberadaan beberapa bakteri seperti E.coli, Clostridium, Proteus dan Staphylococcus di dalam saluran cerna dapat menimbulkan penyakit sehingga mereka disebut sebagai bakteri pathogen, sedangkan keberadaan beberapa justru memberikan keuntungan bagi kesehatan manusia maka mereka dikenal sebagai “bakteri baik”.
             Secara fisiologis janin steril dari mikroorganisme selama di dalam kandungan. Dalam kurun waktu beberapa jam setelah lahir saluran cerna bayi mulai dikolonisasi (dihuni) oleh bakteri dan kolonisasi tersebut akan berubah sesuai dengan bertambahnya usia bayi.  Bayi yang mendapat ASI eksklusif, saluran cernanya didominasi oleh Bifidobacteria (bakteri baik), sedangkan pada bayi yang mendapat susu formula banyak mengandung bakteri pathogen (Escherchia coli, Staphylococcus dan Clostrdium). Kenaikan lactobacillus juga terlihat secara bermakna pada bayi yang mendapatkan ASI (Hegar,et.al, 2008).
7.   Air Susu Ibu dan factor bifidus
             Di dalam ASI banyak mengandung oligosakarida.  Oligosakarida merupakan komponen terbanyak ketiga setelah laktosa dan lemak di dalam ASI.  Sekresi oligosakarida di dalam ASI merupakan proses yang kompleks dan dinamis, sehingga kadarnya pada setiap proses laktasi berbeda-beda. Kadar tertinggi didapatkan pada bayi cukup bulan berusia 4 hari, kemudian menurun sampai 20% pada usia 30 hari dan 40% pada usia 120 hari.
             Oligosakarida tidak ditemukan pada susu sapi (atau sangat sedikit sekali). Oligosakarida merupakan karbohidrat yang tidak dicerna oleh system pencernaan karena ketiadaan enzim yang memecahnya. Namun keberadaannya di dalam saluran cerna merupakan factor bifidus yaitu dapat menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas bakteri bifidobacteria. Di samping itu, oligosakarida dengan reseptor karbohidrat spesifik di mukosa saluran cerna dan selanjutnya berperan sebagai reseptor terhadap bifidobacteria. Oligosakarida di dalam saluran cerna berasal dari ASI dapat dibuktikan dengan berkurangnya kadar oligosakarida di dalam tinja sesuai dengan berkurangnya ASI yang dikonsumsi bayi  (Hegar,et.al, 2008).
8.   Air Susu Ibu dan Regenerasi Sel Saluran Cerna
             Oligosakarida yang terkandung di dalam ASI tidak dicerna di dalam usus halus, sehingga akan langsung masuk ke dalam usus besar dan difermentasi secara cepat dan selektif oleh bakteri baik yang berada di dalam usus besar.  Hasil fermentasi tersebut akan terbentuk asam lemak rantai pendek (Short Chain Fatty Acid /SCFA).  SCFA yang terbentuk (asam laktat, asetat, butirat, proprionat) merupakan sumber energi bagi epitel saluran cerna, sehingga berguna untuk regenerasi sel epitel yang rusak akibat infeksi.  Penyerapan air di dalam usus besar pun menjadi lebih baik.
             Suasana asam di dalam saluran cerna menyebabkan beberapa mineral (kalsium dan fosfor) mudah larut dan diserap oleh saluran cerna sehingga aviabilitasnya meningkat.  Asam lemak yang terbentuk juga meningkatkan fecal biomass untuk mengikat ammonia yang digunakan sebagai sintesis protein pathogen (Hegar,et.al, 2008).
9.   Air Susu Ibu dan Kompetisi Bakteri di Dalam Saluran Cerna
             Lingkungan asam yang tercipta di dalam usus besar akibat asupan ASI merupakan lingkungan ideal untuk pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik (Bifidobacteria dan lactobacillus) akan tetapi tidak ideal untuk bakteri pathogen.  Bifidibacteria akan berkompetisi dengan bakteri pathogen dengan cara menempel pada dinding saluran cerna dan memperebutkan makanan.  Mikroorganisme baik juga menghasilkan substansi yang dapat menghambat aktivitas bakteri pathogen (Hegar,et.al, 2008).
10.  Air Susu Ibu dan Sistem Pertahanan Saluran Cerna
             Saluran cerna berperan sebagai barier antara lingkungan dalam dan luar tubuh.  Peran ini menjadikan saluran cerna berfungsi sebagai system perlindungan (pertahanan) terdepan untuk menghadapi mikroorganisme pathogen serta mengatur sistem pertahanan tubuh agar lebih tolerans terhadap zat allergen.  Agar peran tersebut dapat berlangsug secara optimal, diperlukan keberadaan mikroorganisme dan makanan di dalam saluran cerna.
             Suasana asam yang terbentuk akibat makanan ASI juga merupakan sinyal bagi sistem pertahanan saluran cerna (IgA sekretori) dan pembentukan mucus pada permukaan saluran saluran cerna.  Selain dipicu oleh lingkungan asam akibat keberadaan bakteri baik di dalam saluran cerna.  ASI sendiri mengandung IgA sekretori merupakan faktor protektif  mukosa saluran cerna.  Peningkatan kadar IgA sekretori  berkorelasi dengan peningkatan sistem pertahanan mukosa saluran cerna terhadap infeksi, sedangkan mucus yang melapisi permukaan sel epitel saluran cerna berfungsi sebagai barier agar mikroorganisme tidak dapat masuk ke aliran darah.
             Dari beberapa penelitian terbukti bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif mempunyai kadar IgA sekretori yang lebih tinggi dibanding bayi yang mendapat susu formula. Bayi yang mendapat ASI  mempunyai daya tahan tubuh alami yang lebih besar terhadap berbagai infeksi bakteri pathogen.
             Hubungan antara mikroorganisme (bakteri baik) dan proses stimulasi sistem pertahanan tubuh, baik dengan cara menstabilkan keseimbangan mikroorganisme saluran cerna maupun dengan cara meningkatkan respon pertahanan tubuh.  ASI terbukti merupakan modulator respons imun yang kuat dengan terlihatnya kadar antibody yang tinggi terhadap beberapa imunisasi pada bayi yang mendapat ASI eksklusif (Hegar,et.al, 2008).
11.  Air Susu Ibu dan Gangguan Saluran Cerna
            Telah banyak bukti yang memperlihatkan bahwa oligosakarida yang terkandung didalam ASI merupakan komponen anti infeksi dan anti alergi. Air susu ibu di hubungkan dengan kejadian rendah dari penyakit infeksi. Keberadaan ‘bakteri baik ‘didalam saluran cerna terbukti oleh banyak kajian bermanfaat dari diare, baik yang disebabkan oleh infeksi (bakteri dan virus) maupun untuk pencegah diare akibat penggunaan antibiotik. Kadar lgA sekretori yang meningkatkan akibat masukan ASI berpengaruh terhadap sistim pertahanan mukosa saluran cerna terhadap infeksi dengan cara menghambat absorbi antigen .Bayi yang mendapat ASI, jarang mengalami diare yang  berat dari gangguan motilitas saluran cerna (kembung,regurgitas,muntah). Bayi juga memperlihatkan pertumbuhan adekuat .
             Perbedaan komposisi mikroorganisme saluran cerna saat bayi baru lahir juga berpengaruh terhadap kejadian penyakit alergi di kemudian hari.  Hal ini dikaitkan dengan komposisi mikroorganisme dan perannya terhadap maturasi sistem imun anak.  Saluran cerna bayi penderita alergi didominasi bifidobacterium bifidum yang merupakan mikroorganisme tipikal pada bayi. Daya adesi (perlekatan) bifidobacterium bividum pada mukosa saluran cerna bayi sehat lebih sehat lebih besar disbanding bayi penderita alergi.  Keadaan ini menyokong adanya hubungan antara kejadian penyakit alergi dan komposisi bifidobacteria di dalam saluran cerna  (Hegar,et.al, 2008).
A.    Asi Eksklusif
                        ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih sekalipun.  Selain tambahan cairan, bayi juga tidak diberi makanan padat lain, seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim dan lain-lain. Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu enam bulan (Roesli, 2001).
                        Salah satu kelebihan pemberian ASI Eksklusif adalah rasa kasih sayang . Dengan menyusui secara eksklusif (hanya ASI saja, tanpa pemberian cairan atau makanan lain, kasih sayang ibu tercurah kepada bayinya dan anak merasakan juga kehangatan ibunya, mendengar langsung degup jantung ibu dan merasakan sentuhan dengan tubuh ibunya , Semua dirasakan bayi selama disusui ibunya tersebut, tidak akan dapat dirasakan ketika minum susu lainnya selain ASI dengan botol.
                        Pada waktu ASI keluar yang pertama kali atau kolostrum , air susu tersebut berupa cairan kekuningan yang dikeluarkan payudara selama hari-hari ke 2-4 setelah persalinan . Kolostrum harus diberikan kepada bayi karena mengandung kekebalan atau antibody, sehingga bayi tidak mudah sakit. Karena itulah, suatu hal yang salah jika kolostrum ini dibuang.
                        UNICEF  memperkirakan bahwa pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia dibawah lima tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan  dalam jurnal Pediatrics menunjukan , 16 % kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22 % jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi. (Baskoro, 2008).
                        Dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur 6 bulan. Bayi pada saat berumur 6 bulan system pencernaannya mulai matur. Jaringan pada usus halus bayi pada umumnya seperti saringan pasir. Pori-porinya berongga sehingga memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akan menutup rapat setelah bayi berusia 6 bulan. Dengan demikian, usus bayi setelah berumur 6 bulan mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa bayi yang menyusu ASI sampai 6 bulan jauh lebih sehat dari bayi yang menyusu  ASI sampai umur 4 bulan dan frekuensi terkena diare jauh lebih kecil (Purwanti, 2004).
                        Penelitian membuktikan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan memang baik bagi bayi. Naluri bayi akan membimbingnya saat baru lahir, insting bayi membawanya untuk mencari putting sang bunda. Pada jam pertama si bayi menemukan payudara ibunya , ini adalah awal hubungan menyusui yang berkelanjutan dalam kehidupan antara ibu dan bayi menyusu. Proses setelah IMD dilanjutkan  pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan hingga 2 tahun. Berdasarkan penelitian , jika bayi yang baru lahir dipisahkan dengan ibunya, maka hormone stress akan meningkat 50 %. Otomatis, hal itu akan menyebabkan kekebalan atau daya tahan tubuh bayi menurun (Baskoro, 2008).

Tidak ada komentar: