1. Pengertian
ASI
ASI
adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein dan garam-garam organik yang
disekresi kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bayi
(Soetjiningsih, 2000).
2.
Manfaat ASI
a.
Manfaat
ASI untuk bayi :
1)
Mengandung
nutrisi (zat gizi) yang
optimal baik kuantitas dan kualitasnya.
2)
ASI
meningkatkan kesehatan bayi.
3)
ASI
meningkatkan kecerdasan bayi.
4)
ASI meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding).
5)
ASI meningkatkan daya tahan tubuh.
ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang
akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit,
dan jamur. Zat
kekebalan yang terdapat dalam ASI antara lain akan melindungi bayi dari
penyakit mencret (diare), sakit telinga, dan infeksi saluran pernapasan.
6)
ASI
sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai
usia 6 bulan.
7)
Melindungi
anak dari serangan alergi.
8)
Mengandung
asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI Eksklusif
potensial lebih pandai.
9)
Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.
10) Membantu pembentukan rahang yang bagus.
11)
Mengurangi
risiko kencing manis, kanker pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan
menderita penyakit jantung.
12)
Menunjang
perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan.
13)
Menunjang
perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan
hubungan sosial yang baik.
14) Air susu ibu tidak
mudah tercemar.
15) Air susu ibu lebih
murah atau ekonomis.
16) Air susu ibu mengandung vitamin yang cukup.
17) Air susu ibu dapat mencegah anemia akibat kekurangan zat besi.
18) Air susu ibu mengandung zat protektif yang berguna
menghambat pertumbuhan kuman dan antibody
terhadap penyakit salah satunya penyakit saluran pernafasan (ISPA) yaitu Bronchus Associated Immunocompetent Lymphoid
Tissue (BALT) (Rasmaliah:2009).
b.
Manfaat
pemberian ASI untuk ibu:
1)
Mengurangi
perdarahan setelah melahirkan.
2)
Mengurangi
terjadinya anemia.
3)
Menjarangkan
kehamilan.
4)
Mengecilkan
rahim.
5)
Lebih
cepat langsing kembali.
6)
Mengurangi
kemungkinan menderita kanker.
7)
Lebih
ekonomis /murah.
8)
Tidak
merepotkan hemat waktu.
9)
Portabel
dan praktis.
10)
Memberi
kepuasan bagi ibu
11)
Mengurangi risiko keropos tulang
(osteoporosis).
12)
Mengurangi rheumatoid artritis.
13)
Metode KB paling aman.
14)
Mengurangi risiko diabetes maternal.
15)
Mengurangi
stres dan gelisah
3.
Komposisi Gizi ASI
a.
Lemak
Kadar lemak
ASI dapat berubah-ubah, disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan
bayi dari hari ke hari. Perubahan kadar lemak ini terjadi secara otomatis. ASI
pada awalnya berkadar rendah lemak seperti skim milk. Beberapa menit kemudian, ASI akan berubah menjadi hindmilk yang berkadar lemak lebih
tinggi.
ASI mengandung
jumlah lemak sehat yang tepat secara porposional. lemak ASI mudah dicerna dan
diserap. ASI mengandung enzim lipase pencerna lemak, sehingga hanya sedikit
lemak ASI yang tidak diserap oleh usus bayi. Bentuk lemak ASI yang utama adalah
ikatan lemak panjang antara lain asam linoleat (AA) dan asam linolenat (DHA)
(Roesli, 2001).
b.
Kolesterol ASI
Kolesterol ASI
dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan otak, membantu mielinisasi serabut
saraf dan diperkirakan berfungsi dalam pembentukan enzim untuk metabolisme
kolesterol. Metabolisme tersebut akan mengendalikan kadar kolesterol dikemudian
hari sehingga dapt mencegah serangan jantung dan arteriosclerosis pada usia muda (Roesli, 2001).
c.
Protein
Protein ASI
merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Protein ASI
sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh
sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan oleh protein ASI merupakan kelompok
protein whey (protein yang
bentuknya lebih halus, lembut dan mudah dicerna) (Purwanti, 2004).
d.
Karbohidrat
Karbohidrat
utama ASI adalah laktosa (gula). ASI mengandung lebih banyak laktosa
dibandingkan susu mamalia lainnya. Laktosa ASI 20-30% lebih banyak dari susu
sapi.
Kegunaan
laktosa bagi bayi yaitu:
1)
Laktosa diperlukan untuk pertumbuhan otak.
2)
Laktosa meningkatkan penyerapan kasium, yang sangat penting
untuk pertumbuhan tulang.
3)
Laktosa oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat yang
berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.
(Roesli, 2008).
e.
Vitamin
dan Mineral
ASI mengandung vitamin yang lengkap. ASI juga mengandung
mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah tapi cukup untuk bayi
sampai berumur enam bulan. Hampir
semua vitamin dan mineral dalam ASI diserap tubuh bayi (Roesli, 2001).
4. Penyakit
yang dapat dicegah dengan ASI Eksklusif
a. Meningitis
bakterialis (peradangan selaput otak yang disebabkan bakteri).
b.
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas).
c.
Infeksi saluran urogenitalis (infeksi pada
organ reproduksi dan saluran kemih).
d.
Otitis media (peradangan telinga).
e.
Sepsis (infeksi dalam
darah).
f.
Botulism (keracunan akibat makanan/minuman
yang diawetkan secara tidak benar).
g.
Diare.
h.
Serangan alergi.
i.
Diabetes pada usia muda.
5. Hasil
Riset terhadap kelebihan ASI
a. Serangan
radang paru-paru pada bayi yang menyusu ASI turun 7 kali dibandingkan bayi yang
tidak diberi ASI.
b. ISPA
5 kali lebih sering menimpa bayi yang tak diberi ASI daripada bayi yang diberi
ASI.
c. Bayi
yang tidak diberi ASI terbukti 4 kali lebih sering terkena sepsis dan
meningitis dibandingan bayi ASI.
d. Bayi
yang tidak diberi ASI 17 kali lebih sering terkena diare dibandingkan bayi yang
menyusui ASI.
e. Limphoma
maligna (salah satu penyakit ganas di organ limfa) juga dialami 6-8 kali pada
bayi yang tidak diberi ASI (Sakti, B. 2009).
6. Mikroorganisme
Saluran Cerna
Di
dalam saluran cerna manusia, hidup kurang lebih 400 spesies mikroorganisme yang
jumlahnya mencapai 1014 CFU (colony
forming unit : satuan untuk jumlah bakteri). Lambung memiliki jumlah bakteri paling rendah
karena tingkat keasamannya yang tinggi, kemudian diikuti oleh usus halus dan
usus besar.
Keberadaan
beberapa bakteri seperti E.coli, Clostridium, Proteus dan Staphylococcus di
dalam saluran cerna dapat menimbulkan penyakit sehingga mereka disebut sebagai
bakteri pathogen, sedangkan keberadaan beberapa justru memberikan keuntungan
bagi kesehatan manusia maka mereka dikenal sebagai “bakteri baik”.
Secara
fisiologis janin steril dari mikroorganisme selama di dalam kandungan. Dalam
kurun waktu beberapa jam setelah lahir saluran cerna bayi mulai dikolonisasi
(dihuni) oleh bakteri dan kolonisasi tersebut akan berubah sesuai dengan
bertambahnya usia bayi. Bayi yang
mendapat ASI eksklusif, saluran cernanya didominasi oleh Bifidobacteria (bakteri
baik), sedangkan pada bayi yang mendapat susu formula banyak mengandung bakteri
pathogen (Escherchia coli, Staphylococcus dan Clostrdium). Kenaikan
lactobacillus juga terlihat secara bermakna pada bayi yang mendapatkan ASI (Hegar,et.al,
2008).
7. Air
Susu Ibu dan factor bifidus
Di
dalam ASI banyak mengandung oligosakarida.
Oligosakarida merupakan komponen terbanyak ketiga setelah laktosa dan
lemak di dalam ASI. Sekresi
oligosakarida di dalam ASI merupakan proses yang kompleks dan dinamis, sehingga
kadarnya pada setiap proses laktasi berbeda-beda. Kadar tertinggi didapatkan
pada bayi cukup bulan berusia 4 hari, kemudian menurun sampai 20% pada usia 30
hari dan 40% pada usia 120 hari.
Oligosakarida tidak ditemukan pada susu sapi (atau sangat
sedikit sekali). Oligosakarida merupakan karbohidrat yang tidak dicerna oleh
system pencernaan karena ketiadaan enzim yang memecahnya. Namun keberadaannya
di dalam saluran cerna merupakan factor bifidus yaitu dapat menstimulasi
pertumbuhan dan aktivitas bakteri bifidobacteria. Di samping itu, oligosakarida
dengan reseptor karbohidrat spesifik di mukosa saluran cerna dan selanjutnya
berperan sebagai reseptor terhadap bifidobacteria. Oligosakarida di dalam
saluran cerna berasal dari ASI dapat dibuktikan dengan berkurangnya kadar
oligosakarida di dalam tinja sesuai dengan berkurangnya ASI yang dikonsumsi
bayi (Hegar,et.al, 2008).
8. Air
Susu Ibu dan Regenerasi Sel Saluran Cerna
Oligosakarida
yang terkandung di dalam ASI tidak dicerna di dalam usus halus, sehingga akan
langsung masuk ke dalam usus besar dan difermentasi secara cepat dan selektif
oleh bakteri baik yang berada di dalam usus besar. Hasil fermentasi tersebut akan terbentuk asam
lemak rantai pendek (Short Chain Fatty Acid /SCFA). SCFA yang terbentuk (asam laktat, asetat,
butirat, proprionat) merupakan sumber energi bagi epitel saluran cerna,
sehingga berguna untuk regenerasi sel epitel yang rusak akibat infeksi. Penyerapan air di dalam usus besar pun
menjadi lebih baik.
Suasana
asam di dalam saluran cerna menyebabkan beberapa mineral (kalsium dan fosfor)
mudah larut dan diserap oleh saluran cerna sehingga aviabilitasnya
meningkat. Asam lemak yang terbentuk
juga meningkatkan fecal biomass untuk mengikat ammonia yang digunakan sebagai
sintesis protein pathogen (Hegar,et.al, 2008).
9. Air
Susu Ibu dan Kompetisi Bakteri di Dalam Saluran Cerna
Lingkungan
asam yang tercipta di dalam usus besar akibat asupan ASI merupakan lingkungan
ideal untuk pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik (Bifidobacteria dan
lactobacillus) akan tetapi tidak ideal untuk bakteri pathogen. Bifidibacteria
akan berkompetisi dengan bakteri pathogen dengan cara menempel pada dinding
saluran cerna dan memperebutkan makanan.
Mikroorganisme baik juga menghasilkan substansi yang dapat menghambat
aktivitas bakteri pathogen (Hegar,et.al, 2008).
10. Air
Susu Ibu dan Sistem Pertahanan Saluran Cerna
Saluran
cerna berperan sebagai barier antara lingkungan dalam dan luar tubuh. Peran ini menjadikan saluran cerna berfungsi
sebagai system perlindungan (pertahanan) terdepan untuk menghadapi
mikroorganisme pathogen serta mengatur sistem pertahanan tubuh agar lebih
tolerans terhadap zat allergen. Agar
peran tersebut dapat berlangsug secara optimal, diperlukan keberadaan
mikroorganisme dan makanan di dalam saluran cerna.
Suasana
asam yang terbentuk akibat makanan ASI juga merupakan sinyal bagi sistem
pertahanan saluran cerna (IgA sekretori) dan pembentukan mucus pada permukaan
saluran saluran cerna. Selain dipicu
oleh lingkungan asam akibat keberadaan bakteri baik di dalam saluran
cerna. ASI sendiri mengandung IgA
sekretori merupakan faktor protektif
mukosa saluran cerna. Peningkatan
kadar IgA sekretori berkorelasi dengan
peningkatan sistem pertahanan mukosa saluran cerna terhadap infeksi, sedangkan
mucus yang melapisi permukaan sel epitel saluran cerna berfungsi sebagai barier
agar mikroorganisme tidak dapat masuk ke aliran darah.
Dari
beberapa penelitian terbukti bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif mempunyai
kadar IgA sekretori yang lebih tinggi dibanding bayi yang mendapat susu
formula. Bayi yang mendapat ASI
mempunyai daya tahan tubuh alami yang lebih besar terhadap berbagai
infeksi bakteri pathogen.
Hubungan
antara mikroorganisme (bakteri baik) dan proses stimulasi sistem pertahanan
tubuh, baik dengan cara menstabilkan keseimbangan mikroorganisme saluran cerna
maupun dengan cara meningkatkan respon pertahanan tubuh. ASI terbukti merupakan modulator respons imun
yang kuat dengan terlihatnya kadar antibody yang tinggi terhadap beberapa
imunisasi pada bayi yang mendapat ASI eksklusif (Hegar,et.al, 2008).
11. Air
Susu Ibu dan Gangguan Saluran Cerna
Telah banyak bukti yang
memperlihatkan bahwa oligosakarida yang terkandung didalam ASI merupakan komponen
anti infeksi dan anti alergi. Air susu ibu di hubungkan dengan kejadian rendah
dari penyakit infeksi. Keberadaan ‘bakteri baik ‘didalam saluran cerna terbukti
oleh banyak kajian bermanfaat dari diare, baik yang disebabkan oleh infeksi
(bakteri dan virus) maupun untuk pencegah diare akibat penggunaan antibiotik. Kadar
lgA sekretori yang meningkatkan akibat masukan ASI berpengaruh terhadap sistim
pertahanan mukosa saluran cerna terhadap infeksi dengan cara menghambat absorbi
antigen .Bayi yang mendapat ASI, jarang mengalami diare yang berat dari gangguan motilitas saluran cerna
(kembung,regurgitas,muntah). Bayi juga memperlihatkan pertumbuhan adekuat .
Perbedaan
komposisi mikroorganisme saluran cerna saat bayi baru lahir juga berpengaruh
terhadap kejadian penyakit alergi di kemudian hari. Hal ini dikaitkan dengan komposisi
mikroorganisme dan perannya terhadap maturasi sistem imun anak. Saluran cerna bayi penderita alergi
didominasi bifidobacterium bifidum yang merupakan mikroorganisme tipikal pada
bayi. Daya adesi (perlekatan) bifidobacterium bividum pada mukosa saluran cerna
bayi sehat lebih sehat lebih besar disbanding bayi penderita alergi. Keadaan ini menyokong adanya hubungan antara
kejadian penyakit alergi dan komposisi bifidobacteria di dalam saluran cerna (Hegar,et.al, 2008).
A. Asi
Eksklusif
ASI
Eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih sekalipun. Selain tambahan cairan, bayi juga tidak
diberi makanan padat lain, seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, tim dan lain-lain. Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu
enam bulan (Roesli, 2001).
Salah
satu kelebihan pemberian ASI Eksklusif adalah rasa kasih sayang . Dengan
menyusui secara eksklusif (hanya ASI saja, tanpa pemberian cairan atau makanan
lain, kasih sayang ibu tercurah kepada bayinya dan anak merasakan juga
kehangatan ibunya, mendengar langsung degup jantung ibu dan merasakan sentuhan
dengan tubuh ibunya , Semua dirasakan bayi selama disusui ibunya tersebut,
tidak akan dapat dirasakan ketika minum susu lainnya selain ASI dengan botol.
Pada
waktu ASI keluar yang pertama kali atau kolostrum , air susu tersebut berupa
cairan kekuningan yang dikeluarkan payudara selama hari-hari ke 2-4 setelah
persalinan . Kolostrum harus diberikan kepada bayi karena mengandung kekebalan
atau antibody, sehingga bayi tidak mudah sakit. Karena itulah, suatu hal yang
salah jika kolostrum ini dibuang.
UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI eksklusif
sampai usia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia dibawah lima
tahun. Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics menunjukan , 16 %
kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama
kelahirannya. Angka ini naik menjadi 22 % jika pemberian ASI dimulai dalam satu
jam pertama setelah kelahiran bayi. (Baskoro, 2008).
Dari
hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi
berumur 6 bulan. Bayi pada saat berumur 6 bulan system pencernaannya mulai
matur. Jaringan pada usus halus bayi pada umumnya seperti saringan pasir.
Pori-porinya berongga sehingga memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan
langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi.
Pori-pori dalam usus bayi ini akan menutup rapat setelah bayi berusia 6 bulan.
Dengan demikian, usus bayi setelah berumur 6 bulan mampu menolak faktor alergi
ataupun kuman yang masuk. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang
menunjukan bahwa bayi yang menyusu ASI sampai 6 bulan jauh lebih sehat dari
bayi yang menyusu ASI sampai umur 4
bulan dan frekuensi terkena diare jauh lebih kecil (Purwanti, 2004).
Penelitian
membuktikan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan memang baik bagi bayi. Naluri
bayi akan membimbingnya saat baru lahir, insting bayi membawanya untuk mencari
putting sang bunda. Pada jam pertama si bayi menemukan payudara ibunya , ini
adalah awal hubungan menyusui yang berkelanjutan dalam kehidupan antara ibu dan
bayi menyusu. Proses setelah IMD dilanjutkan
pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan hingga 2 tahun.
Berdasarkan penelitian , jika bayi yang baru lahir dipisahkan dengan ibunya,
maka hormone stress akan meningkat 50 %. Otomatis, hal itu akan menyebabkan
kekebalan atau daya tahan tubuh bayi menurun (Baskoro, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar