Anemia
menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dan dibawa hemoglobin berkurang,
sehingga tidak dapat memenuhi keperluan jaringan. Beberapa organ dan proses
memerlukan oksigen dalam jumlah besar. Bila jumlah oksigen yang dipasok
berkurang maka kinerja organ yang bersangkutan akan menurun, sedangkan
kelancaran proses tertentu akan terganggu. Anemia menyebabkan jumlah oksigen
yang diikat dan dibawa hemoglobin berkurang, sehingga tidak dapat memenuhi
keperluan jaringan.
Beberapa organ
dan proses memerlukan oksigen dalam jumlah besar. Bila jumlah oksigen yang
dipasok berkurang maka kinerja organ yang bersangkutan akan menurun, sedangkan
kelancaran proses tertentu akan terganggu. Anemia
dapat menyebabkan perdarahan karena efektif sel darah merah berkurang karena Hb
menurun, padahal fungsi Hb adalah mengikat oksigen untuk di kirimkan ke
organ-organ vital seperti otak dan seluruh tubuh, dengan demikian pengiriman
oksigen pun menurun, hal ini menyebabkan efek buruk begitu juga uterus. Otot
uterus tidak berkontraksi adekuat / atonia uteri sehingga terjadi perdarahan
post partum (Wilson, 2002).
Kondisi
kurangnya sel darah merah yang antara lain ditandai dengan rendahnya kadar Hb
ini, membuat proses oksigenasi ke rahim/janin jadi tak lancar. Padahal kadar Hb
inilah yang menentukan jumlah oksigen yang diangkut oleh darah.
Pada ibu hamil yang anemia dengan Hb di
bawah 10, contohnya, risiko terjadi perdarahan akibat hipotoni ataupun atonia
besar sekali, sekitar 20-25 persen. Semakin banyak perdarahan, kadar Hb pun
semakin menurun. Padahal untuk membuat rahim berkontraksi, dibutuhkan energi
dan oksigen yang disuplai oleh darah. Sementara makin tipis suplai kebutuhan
tadi, kemampuan kontraksi pun makin lemah ( Puspiyanti, 2011).
Kontraksi otot tidak akan terjadi tanpa
energi dari ATP. Miosin, salah satu protein kontraktil yang penting dari serat
otot, bekerja sebagai enzim yang menyebabkan pemecahan ATP menjadi ADP sehingga
menimbulkan pelepasan energi yang dibutuhkan untuk terjadinya kontraksi (Gyton
Hall,1997). Oksigen yang diantarkan oleh darah diperlukan untuk fosforilasi
oksidatif (CO2+H2O). Hb mengangkut O2 dalam
darah membebaskan O2 di otot-otot. Fosforilasi oksidatif ini berlangsung
didalam mitokondria otot apabila tersedia cukup O2. Bahan bakar
yaitu glukosa, asam lemak, dan protein ditambah O2 membuat
fosforilasi oksidatif kemudian menjadi ATP dipecah menjadi ADP yang
meningkatkan metabolisme menghasilkan energi, kemudian energi dilepaskan oleh O2
yang dibutuhkan untuk berkontraksi (Sherwood, 2000).
Dalam keadaan
anemia, yang biasanya terjadi dan berkembang dalam jangka waktu yang panjang,
berbagai organ tubuh menyesuaikan diri dengan menyesuaikan fungsi dengan
keadaan yang tidak optimum tersebut, termasuk uterus. Akibatnya, kinerja
otot-otot uterus akan berkurang dengan jumlah oksigen yang diperolehnya.
Akibat anemia
bisa berbeda-beda pada setiap tahap kehidupan. Seperti pada wanita hamil, anemia
menyebabkan risiko perdarahan sebelum atau saat melahirkan, risiko bayi lahir
dengan berat badan rendah atau prematur, cacat bawaan, dan cadangan zat besi
bayi yang rendah (Muhammad, 2002).
Perdarahan
menempati persentase tertinggi penyebab
kematian ibu (28%). Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil
menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor
kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh
kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang
dari 10% sampai hampir 60%. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah
mengalami perdarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat
kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan
yang berkepanjangan (WHO, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar