Selasa, 26 November 2013

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA DALAM KEHAMILAN DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER

Anemia menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dan dibawa hemoglobin berkurang, sehingga tidak dapat memenuhi keperluan jaringan. Beberapa organ dan proses memerlukan oksigen dalam jumlah besar. Bila jumlah oksigen yang dipasok berkurang maka kinerja organ yang bersangkutan akan menurun, sedangkan kelancaran proses tertentu akan terganggu. Anemia menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dan dibawa hemoglobin berkurang, sehingga tidak dapat memenuhi keperluan jaringan.
Beberapa organ dan proses memerlukan oksigen dalam jumlah besar. Bila jumlah oksigen yang dipasok berkurang maka kinerja organ yang bersangkutan akan menurun, sedangkan kelancaran proses tertentu akan terganggu. Anemia dapat menyebabkan perdarahan karena efektif sel darah merah berkurang karena Hb menurun, padahal fungsi Hb adalah mengikat oksigen untuk di kirimkan ke organ-organ vital seperti otak dan seluruh tubuh, dengan demikian pengiriman oksigen pun menurun, hal ini menyebabkan efek buruk begitu juga uterus. Otot uterus tidak berkontraksi adekuat / atonia uteri sehingga terjadi perdarahan post partum (Wilson, 2002).
Kondisi kurangnya sel darah merah yang antara lain ditandai dengan rendahnya kadar Hb ini, membuat proses oksigenasi ke rahim/janin jadi tak lancar. Padahal kadar Hb inilah yang menentukan jumlah oksigen yang diangkut oleh darah.
Pada ibu hamil yang anemia dengan Hb di bawah 10, contohnya, risiko terjadi perdarahan akibat hipotoni ataupun atonia besar sekali, sekitar 20-25 persen. Semakin banyak perdarahan, kadar Hb pun semakin menurun. Padahal untuk membuat rahim berkontraksi, dibutuhkan energi dan oksigen yang disuplai oleh darah. Sementara makin tipis suplai kebutuhan tadi, kemampuan kontraksi pun makin lemah ( Puspiyanti, 2011).
Kontraksi otot tidak akan terjadi tanpa energi dari ATP. Miosin, salah satu protein kontraktil yang penting dari serat otot, bekerja sebagai enzim yang menyebabkan pemecahan ATP menjadi ADP sehingga menimbulkan pelepasan energi yang dibutuhkan untuk terjadinya kontraksi (Gyton Hall,1997). Oksigen yang diantarkan oleh darah diperlukan untuk fosforilasi oksidatif (CO2+H2O). Hb mengangkut O2 dalam darah membebaskan O2 di otot-otot. Fosforilasi oksidatif ini berlangsung didalam mitokondria otot apabila tersedia cukup O2. Bahan bakar yaitu glukosa, asam lemak, dan protein ditambah O2 membuat fosforilasi oksidatif kemudian menjadi ATP dipecah menjadi ADP yang meningkatkan metabolisme menghasilkan energi, kemudian energi dilepaskan oleh O2 yang dibutuhkan untuk berkontraksi (Sherwood, 2000).
Dalam keadaan anemia, yang biasanya terjadi dan berkembang dalam jangka waktu yang panjang, berbagai organ tubuh menyesuaikan diri dengan menyesuaikan fungsi dengan keadaan yang tidak optimum tersebut, termasuk uterus. Akibatnya, kinerja otot-otot uterus akan berkurang dengan jumlah oksigen yang diperolehnya.
Akibat anemia bisa berbeda-beda pada setiap tahap kehidupan. Seperti pada wanita hamil, anemia menyebabkan risiko perdarahan sebelum atau saat melahirkan, risiko bayi lahir dengan berat badan rendah atau prematur, cacat bawaan, dan cadangan zat besi bayi yang rendah (Muhammad, 2002).
Perdarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%). Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10% sampai hampir 60%. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami perdarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (WHO, 2007).

Tidak ada komentar: