1.
Pengertian
Menyusui atau laktasi
adalah produksi dan pengeluaran ASI dimana keduanya harus sama baiknya. Selama
kehamilan biasanya ASI dihambat oleh kadar estrogen
yang masih tinggi pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen turun dengan drastis dan saat
inilah terjadi sekresi ASI. Sehingga dengan menyusui din, diharapkan sekresi
ASI akan makin cepat (Manajemen Laktasi, 2004).
Dalam pemberian ASI perlu
diciptakan kondisi yang tepat. Upaya untuk menciptakan kondisi tersebut adalah
menyusui dini dan merawat ibu dan bayi secara langsung. Sebaiknya pemberian ASI
dilakukan dengan cara menyusui bayinya secara langsung kecuali jika kondisi
tidak memungkinkan misal ibu bekerja meninggalkan ASI untuk bayinya di rumah,
sehingga ASI perlu diperah, bayi mempunyai masalah menghisap seperti bayi berat
lahir rendah (Roesli, 2001).
Menyusui dini adalah menyusui segera setelah bayi lahir yaitu pada
waktu 30 menit pertama pasca persalinan ibu dianjurkan segera menyusui bayinya
(Soekirman, 2006).
2.
Pentingnya
Menyusui Dini
Menurut Roesli (2001),
menyusui sangat penting untuk dilakukan dengan alasan :
a.
Menyusui
dini akan merangsang produksi dan pengeluaran ASI, karena menyusui dini akan
menstimulasi hormon prolactin yang
merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI dan hormon oxytosin yang menyebabkan ASI keluar
b.
Bayi
yang baru lahir yang sehat pada waktu tersebut berada dalam keadaan waspada dan
mulut siap menghisap
c.
Menyusui
dini menyebabkan terjadinya kontak kulit bayi baru lahir dengan kulit ibu
secara langsung yang akan menghangatkan tubuh bayi, sehingga dapat mencegah
terjadinya hipotermi
d.
Mempercepat
hubungan batin ibu dan bayi. Alasan penting lainnya sebagaimana dikemukakan
adalah :
1)
Hisapan
bayi akan mempercepat proses kembalinya uterus ke ukuran normal
2)
Menyusui
dini akan memberikan kepuasan, ketenangan dan rasa bangga pada ibu, karena
telah dapat memberikan kehidupan bagi bayi
3)
Bayi
yang disusui segera setelah lahir lebih jarang menderita penyakit infeksi dan
gizi pada tahun pertama, lebih baik dibandingkan dengan bayi yang terlambat
diberi ASI. Menyusui dini dilakukan pada bayi yang normal yaitu bayi lahir
dengan nilai Apgar Score 5 menit pertama adalah ≥ 8 dan refleks menghisap baik.
Bayi lahir dengan asfiksia dan bayi lahir dengan cacat bawaan sebaiknya tidak
segera disusukan (Yuli, 2002).
3.
Keuntungan
Menyusui Dini
Menurut Manuaba (1998), menyusui dini mempunyai beberapa keuntungan
baik bagi ibu maupun bagi bayi. Manfaat bagi ibu adalah :
a. Rangsangan
putting susu ibu akan memberikan refleks pengeluaran oxytocin oleh kelenjar hipofise
sehingga pelepasan placenta dipercepat.
b.
Rangsangan
putting susu ibu mempercepat pengeluaran ASI karena oxytocin bekerjasama dengan hormon prolactin.
c.
Menyusui
dini akan mempercepat involusi uterus menuju keadaan semula sebelum hamil
d.
Pengeluaran
oxytocin menimbulkan kontraksi uterus
sehingga mengurangi perdarahan post partum.
Setiap bayi baru lahir
sebaiknya mendapat ASI saja (termasuk kolostrum) dalam 4-6 bulan pertama
kehidupannya. Diawali dengan kontak dini segera setelah dilahirkan, isapan bayi
pada putting susu ibu untuk pertama kalinya ini akan merangsang keluarnya
hormon-hormon yang menunjang keberhasilan menyusui (Manajemen Laktasi). Sedangkan
manfaat menyusui dini bagi bayi antara lain :
·
Mencegah
Hipotermi
Karena dengan menyusui dini, menyebabkan
terjadinya kontak kulit bayi baru lahir dengan kulit ibu secara langsung akan
menghangatkan tubuh dan mempererat hubungan batin ibu dan bayi (Depkes RI,
2001). Padahal hipotermi merupakan sebab utama kematian bayi baru lahir di
negara berkembang termasuk negara Indonesia.
·
Bayi mendapat kolostrum
Kolostrum merupakan zat kekebalan sehingga akan
terhindar dari gangguan pencernaan, infeksi dan penyakit lainnya.
·
Mencegah
/ menangani hipoglikemia
ASI mengandung karbohidrat utama yaitu laktosa.
ASI mengandung lebih banyak laktosa dibanding dengan susu lain, sehingga
kebutuhan gula terpenuhi. Disamping itu laktosa mempunyai fungsi sebagai
makanan vital jaringan pertumbuhan otak tulang dan menghambat pertumbuhan
bakteri berbahaya (Roesli, 2001)
4. Akibat bila ibu tidak menyusui dini
Ibu yang tidak menyusui
dini akan menimbulkan akibat yang kurang baik. Menurut Roesli (2001)
akibat yang ditimbulkan adalah :
a.
ASI
keluar lebih lama karena tidak adanya rangsangan pada putting susu ibu yang
dapat merangsang hormon oxitocin.
b.
Ibu
dapat menderita bendungan ASI dan radang payudara (mastitis) karena ASI tidak dikeluarkan dengan baik.
c.
Ibu
akan lebih sering merasa mengalami kesukaran menyusui dan cenderung lebih cepat
berhenti menyusui bayinya.
5.
Teknik Menyusui
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami masalah
hanya karena tidak tahu cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti cara
meletakkan bayi pada payudara ketika menyusui dan bayi menghisap tetapi
mengakibatkan putting susu terasa nyeri. Seorang tenaga kesehatan seharusnya
mengetahui walau menyusui itu merupakan proses alamiah, namun untuk mencapai
keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan tentang teknik yang benar,
sehingga perlu disampaikan pada ibu setelah melahirkan bayinya (Perinasia,
2002)
a. Posisi
Menyusui
Posisi yang tidak benar bisa mengakibatkan putting susu terasa nyeri,
ASI tidak keluar dan mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi jadi malas
menyusu, sehingga posisi menyusui harus tepat. Ada 2 posisi yang penting dalam
menyusui menurut Roesli (2001) yaitu :
1) posisi
mulut bayi dan putting susu
2)
Posisi
badan ibu dan badan bayi. Sedangkan Depkes RI (1994) menjelaskan bahwa posisi
menyusui yang tepat adalah :
a)
Posisi
ibu dan bayi cukup enak waktu menyusui, baik dalam posisi duduk maupun posisi
terbaring.
b)
Peluk
bayi dan letakkan kepala bayi pada siku ibu, keseluruhan tubuh bayi menghadap
ibu, dagu bayi menyentuh payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu
garis.
c) Hadapkan
payudara pada mulut bayi, kemudian sentuh pipi / sisi mulut bayi dengan putting
susu untuk merangsang rooting refleks.
d)
Memastikan
bayi berada dalam posisi yang benar yaitu :
(a)
Tubuh
bayi menempel dan menghadap tubuh ibunya
(b) Dagu
bayi menempel pada payudara
(c)
Perut
bayi menempel pada perut ibu
(d)
Areola mammae hanya sebagian yang terlihat
(e) Bayi
menghisap dalam dan perlahan
(f)
Bayi
santai dan terdengar suara bayi menelan
(g)
Ibu
tidak merasakan nyeri pada putting susunya.
b. Awal
Menyusui
Bahwa sebaiknya awal menyusui dimulai dalam 30 menit setelah kelahiran
atau bahkan sebelum tali pusat dipotong. Sedangkan menurut (Depkes RI, 2003) menganjurkan agar menyusui bayi segera
setelah kelahiran dalam waktu 1 jam pertama post partum.
c. Lama
Menyusui
Pada hari pertama, biasanya ASI belum keluar . bayi cukup disusukan
4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan putting susu dihisap
oleh bayi. Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan selama 10 menit.
Setelah produksi Asi cukup, bayi dapat disusukan selama 25 menit. Menyusui selama 15 menit ini dilakukan
jika produksi ASI cukup dan keluar lancar. Dikatakan bahwa jumlah ASI yang
dihisap bayi pada 5 menit pertama ± 112 ml, 5 menit ke dua ± 64 ml dan 5 menit
terakhir ± 16 ml. (Soetjiningsih, 1997)
Selama beberapa hari
setelah melahirkan, untuk mengeluarkan susu (let down refleks) memerlukan waktu 5 menit sehingga menyusui
sebaiknya dimulai pada satu sisi selama ± 10 menit, kemudian dilanjutkan pada
sisi yang lain selama 10-15 menit.
6.
Kontra
Indikasi Menyusui
Upaya pemberian ASI
digalakkan akan tetapi ada beberapa kasus pemberian ASI, yang tidak dibenarkan
karena faktor ibu, faktor bayi dan keadaan patologis payudara. Faktor
ibu yang tidak dibenarkan memberi ASI diantaranya :
a.
Ibu
dengan penyakit jantung yang berat
b.
Ibu
dengan preeklamsi dan eklamsi karena banyak obat-obatan yang
diberikan sehingga mempengaruhi bayinya
c.
Penyakit
infeksi berat pada payudara yang kemungkinan menular pada bayinya
d.
Carcinoma mammae yang memungkinkan dapat menimbulkan metastase
e. Ibu
dengan infeksi virus
f.
Ibu dengan TBC/Lepra.
Sedangkan
faktor bayi yang tidak dibenarkan diberi ASI diantaranya :
Ø
Bayi
dalam keadaan kejang-kejang yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi ASI
Ø
Bayi
yang menderita sakit berat dengan pertimbangan dokter anak dibenarkan untuk
mendapatkan ASI
Ø
Bayi
dengan berat badan lahir rendah, karena refleks menelannya sulit sehingga
bahaya aspirasi mengancam
Ø
Bayi
dengan cacat bawaan yang tidak mungkin bisa menelan (Labiopataloschizis, Labioschizis, Labiognatopalatoschizis)
Ø
Bayi
yang tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar