Gerakan Keluarga Berencana Nasional telah berumur panjang (sejak 1970), dan
masyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil menurunkan angka kematian yang
bermakna (Manuaba, 2003). Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
telah melakukan reorientasi dan reposisi visi program KB berupa” Menuju
Keluarga Berkualitas 2015 ”. Visi baru ini berorientasi luas, tidak hanya
pendekatan demografi. Dalam visi baru itu jumlah anak ideal tidak dibatasi dua,
melainkan sesuai keinginan dan kemampuan keluarga, namun tetap memperhatikan
kepentingan sosial (BKKBN, 2004).
Program KB
di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dan diakui keberhasilannya di
tingkat internasional. Metode kontrasepsi juga mengalami perkembangan yang
cukup banyak. Metode kontrasepsi tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu metode kontrasepsi jangka panjang (Longterm
Contraseptive Method), yang termasuk metode ini adalah AKDR, implan,
vasektomi dan tubektomi, sedangkan metode bukan jangka panjang (Non Long Contraseptive Method), yang
termasuk metode ini adalah suntik, pil kontrasepsi dan kondom, dan metode KB
alami yang mengikuti siklus haid (Manuaba, 2003).
Beberapa metode KB yang ada di Indonesia, metode KB suntik yang paling
populer digunakan. Menurut penelitian The
National Social and Economic Survey (1997 – 1998) akseptor suntik mencapai
21,1 % (3.312 akseptor) dari total jumlah akseptor KB aktif dengan cara
kontrasepsi modern (15.701 akseptor), yang populer dipakai adalah Depoprovera
150 mg dan Noristerat 200 mg (Gatra, 2005). Kemudian pada tahun 2002 – 2003,
berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pemakaian metode
kontrasepsi suntik 49,1 % (7733 akseptor), pil 23,2 % (3654 akseptor), IUD 11,0
% (1732 akseptor), implan atau susuk 7,6 % (1197 akseptor), MOW 6,5 % (1023
akseptor), kondom 1,6 % (252 akseptor), MOP 0,7 % (110 akseptor). Berdasarkan
data diatas kontrasepsi suntik menduduki peringkat teratas karena keefektifan
kontrasepsi suntik mencapai 90% sampai 100% dalam mencegah kehamilan (Everett,
2008). Di provinsi Jawa Tengah akseptor kontrasepsi suntik mencapai 68,92 % dan
sisanya menggunakan kontrasepsi lain (Anonim, 2005). Meskipun banyak akseptor
yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan karena keefektifannya tetapi ada
beberapa efek samping yang akan terjadi pada akseptor. Efek samping yang
terjadi yaitu amenorhoe sebanyak 68,6 %, kenaikan berat badan sebanyak 19,1 %,
sakit kepala sebanyak 21,3 % (Kusmarjdi, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar