Minggu, 08 Februari 2015

PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)

Gerakan Keluarga Berencana Nasional telah berumur panjang (sejak 1970), dan masyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil menurunkan angka kematian yang bermakna (Manuaba, 2003). Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah melakukan reorientasi dan reposisi visi program KB berupa” Menuju Keluarga Berkualitas 2015 ”. Visi baru ini berorientasi luas, tidak hanya pendekatan demografi. Dalam visi baru itu jumlah anak ideal tidak dibatasi dua, melainkan sesuai keinginan dan kemampuan keluarga, namun tetap memperhatikan kepentingan sosial (BKKBN, 2004).
Program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dan diakui keberhasilannya di tingkat internasional. Metode kontrasepsi juga mengalami perkembangan yang cukup banyak. Metode kontrasepsi tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu metode kontrasepsi jangka panjang (Longterm Contraseptive Method), yang termasuk metode ini adalah AKDR, implan, vasektomi dan tubektomi, sedangkan metode bukan jangka panjang (Non Long Contraseptive Method), yang termasuk metode ini adalah suntik, pil kontrasepsi dan kondom, dan metode KB alami yang mengikuti siklus haid (Manuaba, 2003).
Beberapa metode KB yang ada di Indonesia, metode KB suntik yang paling populer digunakan. Menurut penelitian The National Social and Economic Survey (1997 – 1998) akseptor suntik mencapai 21,1 % (3.312 akseptor) dari total jumlah akseptor KB aktif dengan cara kontrasepsi modern (15.701 akseptor), yang populer dipakai adalah Depoprovera 150 mg dan Noristerat 200 mg (Gatra, 2005). Kemudian pada tahun 2002 – 2003, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pemakaian metode kontrasepsi suntik 49,1 % (7733 akseptor), pil 23,2 % (3654 akseptor), IUD 11,0 % (1732 akseptor), implan atau susuk 7,6 % (1197 akseptor), MOW 6,5 % (1023 akseptor), kondom 1,6 % (252 akseptor), MOP 0,7 % (110 akseptor). Berdasarkan data diatas kontrasepsi suntik menduduki peringkat teratas karena keefektifan kontrasepsi suntik mencapai 90% sampai 100% dalam mencegah kehamilan (Everett, 2008). Di provinsi Jawa Tengah akseptor kontrasepsi suntik mencapai 68,92 % dan sisanya menggunakan kontrasepsi lain (Anonim, 2005). Meskipun banyak akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan karena keefektifannya tetapi ada beberapa efek samping yang akan terjadi pada akseptor. Efek samping yang terjadi yaitu amenorhoe sebanyak 68,6 %, kenaikan berat badan sebanyak 19,1 %, sakit kepala sebanyak 21,3 % (Kusmarjdi, 2008).

Tidak ada komentar: