Kamis, 19 Maret 2015

NYERI

1.      Nyeri
a.         Definisi Nyeri
Menurut Prihardjo (1992) dalam Wahit.et.al.(2007), nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum, nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
b.         Fisiologi Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nociceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nociceptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda (Tamsuri,2007).
c.         Transmisi Nyeri
Menurut Tamsuri (2007), terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosiseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan. Terdapat 3 teori yang menjelaskan tentang nyeri :
1)                                                          Teori Spesivisitas (Specivicity Theory)
Teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara khusus mentransmisi rasa nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima rangsangan nyeri dan mentransmisikannya melalui ujung dorsal dan substansia gelantinosa ke talamus yang akhirnya akan dihantarkan pada daerah yang lebih tinggi sehingga timbul respon nyeri. Teori ini tidak menjelaskan bagaimana faktor-faktor multidimensional dapat mempengaruhi nyeri.
2)                                                          Teori Pola (Pattern Theory)
Teori ini menerangkan bahwa ada cepat dan serabur yang mampu menghantarkan dengan lambat. Kedua dua serabut nyeri, yaitu serabut yang mampu menghantarkan rangsang dengan serabut saraf tersebut bersinapsis pada medula spinalis dan meneruskan informasi ke otak mengenai jumlah, intensitas, dan tipe input sensori nyeri yang menafsirkan karakter dan kuantitas input sensori nyeri.
3)                                                          Teori Gerbang Kendali Nyeri (Gate Control Theory)
Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
d.        Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Nyeri
Menurut Wahit.et.al.(2007) nyeri yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :
1)    Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat/bidan harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2)    Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan perempuan tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya.
3)    Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4)    Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya.
5)    Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
6)    Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
7)    Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman dimasa lali dalam mengatasi nyeri.
8)    Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9)    Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.
e.         Pengukuran  Nyeri
Pengukuran subyektif nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat pengukuran nyeri seperti Skala Visual Analog, Skala Nyeri Numerik, Skala Nyeri Deskriptif atau Skala Nyeri Wong-Bakers untuk anak-anak (Tamsuri,2007).
Penggunaan skala intensitas nyeri sangat mudah dan merupakan metode yang bisa di percaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala seperti ini membantu konsistensi komunikasi antara perawat dengan pasien atau dengan penyedia layanan perawatan kesehatan lainnya. Sebagian besar pengukuran nyeri menggunakan skala intensitas nyeri numerik. Pasien diminta untuk mengidentifikasi poin dalam skala yang mewakili intensitas nyeri yang dialaminya.
Rasa nyeri yang dirasakan ibu dalam menghadapi persalinan sesuai kategori Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10 yaitu pada :
10             : Sangat dan tidak dapat dikontrol oleh klien.
7,8,9 : Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien dengan aktifitas yang bisa dilakukan.
6 : Nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk.
5 : Nyeri seperti tertekan atau bergerak.
4 : Nyeri seperti kram atau kaku.
3 : Nyeri seperti perih atau mules.
2 : Nyeri seperti melilit atau terpukul.
1 : Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut-nyutan.
0 : Tidak ada nyeri.            
Untuk mengetahui perbandingan nyeri sebelum dan sesudah perlakuan dapat dikategorikan sebagai berikut :
1)            Nilai perbedaan 0 : tidak berkurang atau tetap
2)            Nilai perbedaan 1 : sedikit berkurang
3)            Nilai perbedaan 2 : berkurang moderat
4)            Nilai perbedaan 3 : sangat berkurang


Tidak ada komentar: